Agak berat juga saat ini untuk
menyebutkan kata "PAHLAWAN", seperti sudah tinggal menjadi nama jalan
saja atau hanya menjadi tokoh di film-film "Action"...yang dibuat seru,
canggih, bercita-rasa tinggi...tetapi tetap saja "goal" nya,
nilai-nya, box office...keuntungan...UANG!
Sungguh aku seperti tak tau
lagi...seolah-olah bingung...nge-blank...masih adakah Pahlawan? Atau sudah
tidak ada lagi?
Pahlawan, Phalawan, Phala (buah) - Wan
(orang) berarti orang yang dengan keutamaan yang ada pada dirinya,
keberaniannya dan pengorbanannya berbuah/menghasilkan kebaikan/manfaat/manisnya
hidup bagi orang lain (orang satu, orang sedikit, orang banyak). Yang berjuang
pantang menyerah (rela mati) demi apa yang ingin dihasilkannya/dicapainya/diraihnya
(cita-citanya dan harapannya), demi kepentingan dan kebahagiaan orang lain,
demi nilai-nilai kebenaran yang digenggamnya, demi martabat
kemanusiaan...nilai-nilai kemuliaan yang tertanam dalam di hatinya.Hasil
perjuangannya pun dirasakan oleh orang banyak, menjadi teladan dan contoh baik
bagi orang banyak. Malah tak sedikit yang menjadi buah tutur generasi-generasi
setelahnya.
Ter-ngiang...
"Betapa hatiku takkan pilu telah gugur Pahlawanku.
Betapa hatiku tak akan sedih hamba ditinggal sendiri.
Siapakah kini plipurlara nan setia dan perwira?
Siapakah kini Pahlawan Hati Pembela Bangsa SEJATI?"
Yah...Semoga gugur Satu tumbuh Sribu!
(Pahlawannya! Bukan gelarnya, tanda jasanya atau patungnya saja!) Aamiin!
Pesimis bang?
Owh...Tidaak!
Tetap Semangat nih?
Ya...Tetap! Tetap Semangat!
Gimana ga semangat! Wong Pahlawan itu
sifat baik yang mulia lho mas!
Tak usahlah bicara Kemuliaan yang begitu terang, dan menyilaukan bagi segala Kelemahan! Yang Mulia nya saja dapat membuat Duplikatnya/Copy-an nya/Palsu nya/KW
nya menjadi berharga!
Kita bicara tentang "Baik" nya sajalah! Yang
sekarang ini pelan-pelan dibelokkan artinya.
Seseorang bisa pura-pura kaya, dengan berdandan atau bergaya orang kaya.
Seseorang bisa pura-pura ramah dengan
bertutur kata baik nan jaim nan bau.
Seseorang bisa pura-pura perhatian
dengan memberikan bantuan ini itu dengan uang curian atau dengan maksud
terselubung.
Tapi BAIK? Ga bisa pura-pura
pak!
"Pasti ketauan aja tong kalo eloh
pora-pora bae mah! Dan eloh ga bakal kuat ngelakonin kebaekan! Ga kuatnya lebih
daripada Ga-Bakal-Kuat nya eloh ngelakonin keburukan!"
(Super
Pitung)
Seseorang yang kerap bicara tentang disiplin misalnya. Yang menganggap disiplin
adalah kebaikan dirinya. Sambil sering menghina orang yang tidak disiplin dan
sering menyamaratakan ketidak-disiplinan semua orang misalnya! Apalagi sampai
bilang begini: "Emang orang kita tuh bla-bla-bla" misalnya. Maka dia
bukanlah orang disiplin! Dia hanyalah seorang penghina yang sedang bicara
tentang disiplin! Kelak dia sendirilah yang akan menjatuhkan..."jadi
lawan"...omongan nya sendiri! Dia akan berhadapan dengan kata-katanya
sendiri!
Seorang yang biasa tampil rapi dan bersih misalnya. Sambil sering menatap sinis
pada orang yang "kotor". Atau sering mengekspresikan rasa jijiknya...bekas
orang kotor langsung dibersihin! Ga sudi berbagi roti atau gelas minuman
miliknya pada yang benar-benar butuh hanya lantaran rasa "jijik"!
Nutup-idung dengan tangannya didepan wajah orang yang sedang bicara padanya,
karena orang itu bau misalnya.....juga bukanlah orang baik!
Seorang yang sering bicara kasih sayang misalnya, malah sering memberi
hadiah...tapi ternyata ada target dan tujuan tersembunyi dalam hatinya! Tetap
bukanlah perbuatan baik!
Atau kepalsuan lainnya! Kepura-pura-an lainnya! Tetap saja bukanlah
"baik". Malah bisa jadi jahat! Bila perbuatan baiknya disertai maksud
terselubung...ada jebakan batman-nya...untuk kepentingan dirinya
sendiri....yang sudah direncanakan...itulah jahat!
PUN bila kepentingannya dirinya sendiri itu untuk membela nilai-nilai kebaikan
yang dianut-nya! Untuk membela atau Atas-Nama atau Target Operasi! Tetap saja
TIDAK BAIK!
Namanya Kabaikan tetaplah kebaikan. Keburukan tetaplah keburukan. Tak akan ada
satu makhluk pun yang sanggup merubah ketetapan itu. Kebaikan pun tidak akan
bisa bercampur dengan keburukan. Bila ia bercampur maka campuran itu akan
serta-merta bereaksi...berproses...memaksa dirinya untuk mengurai/memisahkan
mana Kebaikan mana Keburukan, karena Kebaikan tak akan bisa bercampur dengan
Keburukan. Kebaikan hanya bisa bersama dengan Kebaikan. Kebaikan akan menjadi
magnet bagi kebaikan lainnya, dia akan mengundang kebaikan lainnya.
Walaupun ada yang terjebak dalam kebaikan ilusi, kebaikan bayangan, kebaikan
yang dilahirkan dari pikiran sendiri atau perasaan sendiri. Atau dilahirkan
dari pendapat seorang ahli ini-itu, yang lalu disepakati, di ikuti dan dibela.
Lalu dia temui apa yang selama ini dianggap sebagai "baik" ternyata
bukanlah kebaikan! Mengira sudah baik ternyata dalam keburukan! Dan lain-lain
kombinasi/variasi "sesuatu" (thing)! Maka hal itu...suasana
itu...akan menjadi jalan, menjadi sarana bagi dirinya untuk belajar dan
mengerti tentang kesejatian...Kemurnian. Sekaligus membuatnya sadar bahwa
Kebaikan adalah sesuatu yang harus terus dibuat, yang tidak ada ujungnya, yang
tidak ada sudahnya. Tinggal lah ia mau mengambil pelajaran atau tidak.
Maka sampailah pada kesadaran bahwa kita hanya bisa belajar untuk baik, melatih
diri untuk menjadi baik, bersungguh-sungguh berbuat baik, berlomba-lomba dalam
kebaikan TANPA pernah merasa telah berbuat baik atau telah menjadi orang baik
atau paham tentang kebaikan.
Ia
tidak terjebak pada Kesombongan (aku saja)
Ia tidak terjebak pada Kebodohan (tak
tau)
Ia tidak terjebak pada Keingkaran (tak
mau tau)
Ia tidak terjebak pada Kepalsuan (tau tapi
tak tau, tak tau tapi tau)
Ia menjadi murni. Kebaikannya bukanlah campuran sesuatu.
Lalu kemurnian itu dengan rela, dengan senang hati akan membawanya pada
Ketundukan. Tunduk pada Pencipta segala ketentuan ini. Dzat yang Maha Tunggal,
Yang tidak serupa dengan segala sesuatu, yang bukan sesuatu, yang tidak berada
dibalik sesuatu atau setelah sesuatu. Yang tidak bersama dengan sesuatu dan
tidak berlawanan dengan sesuatu. DIA lah Allah Hu Ahad, Allah Hu Somad! Yang
Satu, tempat bergantungnya segala sesuatu. Sebab dari segala Sebab. Pencipta
dan Pemelihara Alam Semesta.
Kebaikan sejati itu hanya dari sisiNYA
Tidak dan Bukan dari sisi selainNYA
Kebaikan sejati itu hanya dari sisi Allah Subhanahuwata'ala
Tidak dan Bukan dari sisi
selain Allah Subhanahuwata'ala
Kebaikan sejati itu hanya dari sisi Allah Yang Maha Suci dari keserupaan dan
kesetaraan dengan segala sesuatu, baik yang tampak atau yang dibayangkan
Tidak dan Bukan dari sisi selain Allah
Yang Maha Suci dari keserupaan dan kesetaraan dengan segala sesuatu, baik yang
tampak atau yang dibayangkan
Orang baik akan menemukan itu. Orang
baik akan sampai pada kesadaran itu. Dan dia sadar bahwa
sesungguhnya....sebenarnya.... sejatinya...dia hanya "dipertemukan'. Yang
pada awalnya dia merasa sedang "berupaya", tengah berupaya...punya
upaya. Lalu disampaikan ia pada kesadaran bahwa aku hanya "di-undang"...di
hadiahi...di beri hidayah...diberi karunia.
Dia tunduk bahwa tiada daya untuk
menolak keburukan kecuali dengan Perlindungan Allah, dan tiada upaya untuk
melakukan kebaikan kecuali dengan Pertolongan Allah.
Dia Takjub...Allah Hu Akbar!
Ia tidak terjebak pada Kesombongan (aku
saja)...
Tidak ada lagi...Kenapa begini! Kenapa
Begitu! Kenapa Harus Begini! Kenapa Harus Begitu! Kok! Tapi! Seandainya!
Kalausaja!...dalam segenap ketundukannya, dalam setiap ketaatannya. Apa yang
diperintahkan Allah maka itulah yang terbaik! Tak ada yang bisa lebih baik dari
itu!
Tengoklah bagaimana musuh-musuh Allah
saat ini membicarakan...membahas...ngomong se-enak perutnya soal Poligami!
Menghina Baginda Rasulullah Muhammad Shalallahu'alaihiwasallam! Menghina
Sahabat-Sahabatnya Baginda Rasulullah Shalallahu'alaihiwasallam! Menghina
dan menyesatkan orang-orang yang mencintai Allah Subhanahuwata'ala dan
mencintai Baginda Rasulullah Muhammad Shalallahu'alaihiwasallam. Yang
seolah-olah mereka lebih berkehendak daripada Allah! Lihatlah...dan
saksikanlah...kelak mereka sendiri yang akan berhadapan dengan
perkataannya itu.
Adalah dilarang oleh Allah untuk berprasangka pada orang lain! Karena hanya
dengan tidak berprasangka pada orang lain maka ia akan bersih saat berprasangka
pada Allah! Dia akan selalu berprasangka baik pada Allah! Dia akan bertemu dengan Allah mengikuti prasangka hambaNYA, dan ini adalah salah satu
keutamaan yang diberikan pada ummat Baginda Rasulullah Muhammad
Shalallahu'alaihiwasallam, salah satu keutamaan yang diberikan kepada yang memuliakan dan mencintai Baginda
Rasulullah Muhammad Shalallahu'alaihiwasallam. Yang tidak mau/sudi memuliakan Baginda Rasulullah Muhammad Shalallahu'alaihiwasallam...ya maaf...tidak
bisa dan tak akan mampu "pakai" itu.
Bila lisan ini terbiasa mengeluh, terbiasa menolak, terbiasa melawan, terbiasa
menghina orang lain...menganggap rendah orang lain hanya berdasarkan kepala
otaknya, akal-nya, ilmunya yang seujung jarum itu, atau berdasarkan hartanya,
perutnya yang selalu merepotkannya/menyibukkannya itu...maka ia akan dijatuhkan
dalam kondisi seperti orang yang dia hina itu...yang dia prasangkai itu...untuk
dia bisa mengerti, bisa kembali dan bisa tunduk pada Allah!
Dia baru mengerti, baru paham setelah
dia mengalami kondisi serupa!
Dia akan dipaksa untuk bertekuk-lutut!
Menyerah...
Bahwa kau bukan Tuhan!
Bahwa kau yang dilarang dan kamu yang
akan diminta pertanggung-jawaban! Bukan Tuhan!
Bahwa kau bisa bilang ga enak tapi
kalau Tuhan maunya begitu kamu bisa apa?!
Agar si sombong sadar bahwa hanya Allah Yang pantas sombong!
Hanya DIA Yang Berbuat SekehendakNYA
saja!
Yang Perbuatannya tak butuh tindakan!
Tak butuh Alasan! Tak butuh Pencapaian! Tak butuh Pembantu dan Penolong! Tak
butuh bahan, modal atau sebab! Tak butuh arah, ukuran dan urutan! Tak butuh
waktu!
Perbuatannya tak ada yang sia-sia! Tak
ada yang dzalim karena DIA tidak Dzalim...DIA mengharamkan kedzaliman atas
DIRINYA Sendiri...RahmatNYA selalu mendahului MurkaNYA!
Subhanallah...Sungguh tak akan sanggup kita mensyukuri itu semua! DIA membalas
semuanya walau pun itu sekecil atom...yang tak ada sesuatu apapun yang dapat
luput dari PandanganNYA...walau itu semut hitam di batu hitam dalam pekatnya
malam, walau itu tersembunyi di dasar hati dan belum keluar sebagai perasaan
dan kejadian!
Tak akan sanggup kita puji DIA
sebagaimana DIA memuji DiriNYA Sendiri!
Kita hanya sanggup memujiNYA, bersyukur padaNYA, sujud padaNYA semampu yang
kita mampu...dan itu tiada artinya bagi KeagunganNYA. Tak akan menambah
KeagunganNYA sedikitpun! ALLAH HU AKBAR!!!
Ia
tidak terjebak pada Kebodohan (tak tau)...
Ia akan ditemukan, akan merasakan,
akan mengalami...akan hidup di detik ini, bukan di kalau-nanti, bukan di
hayalan, bukan di impian apalagi masa lalu...bahwa yang aku tau hanya sebatas
yang aku tau saja! Bahwa Ada Yang Maha Tau! Yang PengetahuanNYA pada yang lalu, pada yang saat ini dan pada yang akan datang adalah SAMA! KEKAL! Tak perlu Server! Tak Perlu
Listrik! TAK BUTUH SESUATU!
Ia jadi belajar bahwa hanya ia yang
harus dan butuh belajar! Allah tidak perlu belajar!
Ia
tidak terjebak pada Keingkaran (tak mau tau)...
Karena dia sadar bahwa hanya Allah
yang tidak perlu belajar maka ia menjadi selalu mengambil pelajaran, selalu
belajar! Sehat Akalnya! Bertemu ia dengan
"berbuat"...BEKERJA...KERJAKANLAH...Tidak mempertanyakan lagi kenapa
harus berbuat begini, kenapa harus berbuat begitu! Tidak mengingkari lagi apa
yang telah diperintahkan untuk dikerjakan! Dia Tunduk dan Takjub...Hanya Allah
Yang Tidak perlu bekerja! Dia sadar bila ia tidak mau bekerja pertanda dia
menyetarakan dirinya dengan Allah...dia mem-berhala-kan dirinya sendiri!
Ia
tidak terjebak pada Kepalsuan (tau tapi tak tau, tak tau tapi tau)...
Ia hidup, ia jalani detik-detik hidup
nya. Yang ia hadapi adalah detik ini, bukan bayangan masa lalu, atau hayalan
hari esok! Ia hidup menyaksikan Keagungan dan Keperkasaan Allah Azza Wa Jalla
di tiap-tiap detik hidupnya. Di nafasnya saat ini. Bukan nafas kemarin, bukan
di nafas esok hari! Bila ia melihat masa lalu...maka ia sangat Memohon Ampunan,
Maaf dan RidhaNYA Allah Robbu Muhammadur Rouf. Bila ia menatap hari esok...maka
itu adalah Pertemuan dengan Allah Maalikiyaumiddin...Pemilik Hari Akhir...yang
ia yakini benar pertemuan itu akan ia jelang! Dan tak akan mampu ia menghindar,
bersembunyi bahkan lari darinya. Bila ia menatap hari ini...maka Pertolongan dan
PerlindunganNYA Allah ArhamarRohimiin sangat ia harapkan. Ia sandarkan
detik-detik hidupnya pada Allah RoufurRohiim...
Hasbunallaahu waNi'mal wakiil! Ni'mal
mawlaa wani'manNashiir!...
Cukuplah Allah sebagai wakil bagiku,
sebaik-baik pemberi Pertolongan, dan sebaik-baik pemberi Perlindungan. (Aamiin)
Ia sadar, ia temui...bila ia dapat
berbuat kebaikan maka itu adalah Pertolongan dari Allah padanya, bukan upaya
dirinya. Hingga ia berupaya untuk selalu ingat bersyukur atas segenap
KaruniaNYA dan bersabar atas segenap ujianNYA.
Ia pun sadar, ia pun temui...bahwa
dirinya tidak dapat menghindar sedikitpun dari keburukan tanpa PerlindunganNYA.
Hingga ia berupaya untuk selalu memohon ampunanNYA dan memohon
PerlindunganNYA.
Walaa takilnii ilanafsii thorfata
'aiin!...
Dan jangan Engkau serahkan aku kepada
diriku walau hanya sekejap mata. (Aamiin)
Dengan kesadarannya itu lalu ia
mengharapkan orang lain untuk menjadi baik. Dengan Allah! Bersama Allah! Bukan
dirinya! Ia mengajak bukan memaksa! Melayani bukan memberi umpan! Ia
sungguh-sungguh bukan main-main! Ia rela berkorban bukan berpaling! Untuk Allah
bukan untuk dirinya! Dialah Pahlawan.
Tengoklah isi Pidato Bung Tomo yang luar biasa itu! Yang terus terngiang di
hati seperti baru kemarin diucapkan:
BISMILLAHIROHMAANIRROHIIM
MERDEKA!
Saudara-saudara Rakyat Jelata di seluruh Indonesia
terutama
saudara-saudara penduduk kota Surabaya
Kita
semuanya telah mengetahui
Bahwa hari ini tentara Inggris telah menyebarkan pamflet-pamflet
yang
memberikan suatu ancaman kepada kita semua.
Kita diwajibkan untuk dalam waktu yang mereka tentukan
menyerahkan senjata-senjata yang telah kita rebut dari tangannya tentara
Jepang.
Mereka telah minta supaya kita datang pada mereka itu dengan mengangkat tangan.
Mereka telah minta supaya kita semua datang pada mereka itu dengan membawa
bendera putih,
tanda
bahwa kita menyerah kepada mereka.
Saudara-saudara.
Di dalam pertempuran-pertempuran yang lampau
kita
sekalian telah menunjukkan
bahwa
Rakyat Indonesia di Surabaya,
Pemuda-pemuda yang berasal dari Maluku,
Pemuda-pemuda yang berasal dari Sulawesi,
Pemuda-pemuda yang berasal dari Pulau Bali,
Pemuda-pemuda yang berasal dari Kalimantan,
Pemuda-pemuda dari seluruh Sumatera, pemuda Aceh, pemuda Tapanuli, dan seluruh
pemuda Indonesia yang ada di Surabaya ini.
Di dalam pasukan-pasukan mereka masing-masing.
Dengan pasukan-pasukan rakyat yang dibentuk di kampung-kampung.
Telah menunjukkan satu pertahanan yang tidak bisa dijebol.
Telah menunjukkan satu kekuatan sehingga mereka itu terjepit di mana-mana.
Hanya karena taktik yang licik daripada mereka itu saudara-saudara...
dengan mendatangkan Presiden dan pemimpin-pemimpin lainnya ke Surabaya ini,
maka kita ini tunduk untuk memberhentikan pertempuran.
Tetapi pada masa itu mereka telah memperkuat diri,
dan setelah kuat sekarang inilah keadaannya.
Saudara-saudara kita semuanya.
Kita bangsa Indonesia yang ada di Surabaya ini akan menerima tantangan tentara
Inggris itu,
dan kalau pimpinan tentara Inggris yang ada di Surabaya
ingin mendengarkan jawaban Rakyat Indonesia.
Ingin mendengarkan jawaban seluruh pemuda Indonesia yang ada di Surabaya ini.
Dengarkanlah
ini tentara Inggris!
Ini jawaban kita!
Ini jawaban Rakyat Surabaya!
Ini jawaban Pemuda Indonesia kepada kau sekalian!
Hai tentara Inggris!
Kau menghendaki bahwa kita ini akan membawa bendera putih untuk takluk
kepadamu!
Kau menyuruh kita mengangkat tangan datang kepadamu!
Kau menyuruh kita membawa senjata-senjata yang telah kita rampas dari tentara
Jepang untuk diserahkan kepadamu!
Tuntutan itu walaupun kita tahu bahwa kau sekali lagi akan mengancam kita untuk
menggempur kita dengan seluruh kekuatan yang ada!
Tetapi
inilah jawaban kita:
Selama banteng-banteng Indonesia masih mempunyai darah merah!
Yang dapat membikin secarik kain putih merah dan putih!
Maka selama itu tidak akan kita akan mau menyerah kepada siapapun juga!
Saudara-saudara Rakyat Surabaya, siaplah! Keadaan genting!
Tetapi saya peringatkan sekali lagi…
Jangan mulai menembak!
Baru kalau kita ditembak, maka kita akan ganti menyerang mereka itu!
Kita
tunjukkan bahwa kita ini adalah benar-benar orang yang ingin merdeka!
Dan untuk kita saudara-saudara…
lebih baik kita hancur lebur daripada tidak merdeka!
Semboyan kita tetap:
Merdeka
atau Mati!
Dan kita yakin saudara-saudara…
Pada akhirnya pastilah kemenangan akan jatuh ke tangan kita!
Sebab ALLAH selalu berada di pihak yang benar!
Percayalah saudara-saudara!
Tuhan akan melindungi kita sekalian!
Allahu Akbar!
Allahu
Akbar!
Allahu
Akbar!
Merdeka!
Luar biasa! Dengan nama Allah ia
berbuat! Bukan untuk dirinya apalagi partai! Bukan untuk show dan tepuk tangan!
Tidak takut dia! Tetap bersama Allah dia! Dia bakar semangat rakyat! Dia
yakinkan untuk Merdeka atau Mati! Dan dia yakinkan Allah bersama mereka!
Dan...Subhanallah...Alhamdulillah...Mereka berhasil! Dan disinilah kita saat
ini.
Maka dari itu saya tetap yakin. Walaupun keburukan sudah dipertontonkan
sedemikian rupa saat ini! Yang seperti sudah menemukan formatnya dan menyebar
dengan kecepatan dan daya rusak yang begitu tinggi, begitu mengurat-akar,
menggerogoti dan meracuni hari-hari ummat manusia saat ini. Dan akan terus
menguatkan dirinya sampai datangnya Dajjal! Saya tetap yakin bahwa Allah Yang
Maha Membalas Tipu Daya tetap akan menunjukkan KuasaNYA untuk menggembirakan
orang-orang yang menuju DiriNYA, dan membuat sakit hati musuh-musuhNYA.
Seperti pada tulisan-tulisan saya sebelumnya, saya yakin bahwa masih lebih
banyak orang baik dibandingkan apa yang saat ini keburukan itu
pamerkan/pertontonkan...yang begitu mendominasi berita dan pembicaraan publik.
Walaupun keburukan yang diumbar itu begitu jahatnya, begitu busuknya, begitu
culas dan licik...begitu cepat merusak orang banyak...tapi saya tetap yakin
kebaikan yang tampaknya "kalah" itu atau tampak nya
"dikebiri" itu masih lebih dominan, masih lebih perkasa dibandingkan
keburukan...
Keburukan yang selalu bersembunyi,
menyelinap dan mendompleng dibalik peluang segala macam kelemahan itu!
Keburukan yang bersifat dasar
pecundang sejati, yang penakut dan tidak pernah berani terang-terangan dari
awal, dan selalu lari saat kalah itu!
Keburukan yang selalu arogan melihat
dirinya lebih baik daripada kelemahan dan keterbatasan dirinya itu!
Sementara Kebaikan memang menyiapkan
ruang bagi anak-anak badung itu bermain-main sejenak...demi kebaikan anak-anak
nakal itu sendiri. Karena Kebaikan tetaplah Kebaikan! Dan tidaklah sama
Kebaikan dengan Keburukan.