Random Posts

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Thursday, April 19, 2012

Teman apa Teman?

Dalam pertemanan sering kita mendengar "Kita sih asik-asik aja!" Sepintas begitu adanya, seolah-olah memang benar semuanya asik-asik aja. Padahal belum tentu demikian keadaan sebenarnya. Bisa jadi yang satu asik sementara yang lain tidak, atau bisa jadi semuanya asik tapi kadar asik nya berbeda-beda, dan perbedaan itu pasti adanya!
Penilaian atau argumen tentang "ke-asik-an" hubungan dalam suatu pertemanan sesungguhnya masih berupa "DO'A" atau malah kasarnya masih "SEOLAH-OLAH".
Setelah mereka dapat melalui setiap konflik yang terjadi dengan kembali bersama & kembali mesra, masuklah pertemanan itu dalam status Teman Dekat.
Lalu bila mereka saling memperhatikan, saling berbagi & saling perduli, pertemanan mereka masuk dalam status Teman Sehati.
Selanjutnya mereka bisa begitu cocok, sampai-sampai selera mereka sama, atau bila memilih sesuatu sering sama, mau milih makanan, baju atau "apalah"...pasti sama! Kalaupun selera mereka jauh berbeda, mereka bisa tau suatu barang itu atau "apalah itu" pasti akan disukai oleh temannya,
"Pasti dia seneng banget nih!"
Dan lebih ekstrim lagi sampai-sampai mereka bisa tau kalau temannya sedang sakit atau sedang berduka! Kerasa banget! Yang begini statusnya Teman Sejiwa.

Lalu mana yang terbaik? Teman Dekat atau Teman Sehati atau Teman Sejiwa?

Yang terbaik adalah Teman Sejati! Lho?!
Yahh...mau itu Teman Dekat atau Teman Sehati atau Teman Sejiwa, semuanya masih perlu keterangan tempat & waktu. Maka tak heran ada cerita:
"Dulu kita deket banget, sekarang ga lagi, sekarang dia laen banget!"
"Dulu dia temen deket gue, terus kita rebutan pacar sampe akhirnya kita musuhan sampe sekarang!"
"Kita pernah deket, tapi sejak dia nipu gue, gue ga mau ketemu dia lagi."
"Waktu kuliah kita akrab banget, tapi sejak kerja sampe akhirnya pada nikah, ga tau lagi tuh kabarnya."

Jadi... mau itu Teman Dekat atau Teman Sehati atau Teman Sejiwa...masih perlu pertanyaan:
"Pernah begitu atau sampai sekarang begitu?"

Tapi untuk Teman Sejati, mereka "tembus" tempat & waktu! Karena yang memisahkan pertemanan mereka hanyalah Kematian. Dan ini menjadi syarat utama untuk dikatakan Sejati! Berteman sampai mati, hingga hanya sejarah hidupnyalah yang menyebutkan mereka adalah Teman Sejati!
Tidak dikatakan oleh pelakunya! Tapi diceriterakan oleh sejarah!
Oleh cerita orang-orang, keluarga, anak-anak bahkan cucu cicitnya!

Ingat kisah grup lawak legendaris Indonesia "Warkop", Dono Kasino Indro? (Sekarang tinggal Indro, Dono dan Kasino sudah meninggal dunia) Pertemanan mereka benar-benar sampai mati! Kita semua tau, mereka tidak berpisah, tidak pecah atau tidak bubar apalagi sampai musuhan. Saya malah sempat mendengar penuturan Mas Indro pada salah satu acara talk-show di salah satu TV swasta, bahwa mereka sejak pertama membentuk "Warkop" telah berkomitmen untuk selalu bersama dalam "Warkop", apapun yang terjadi dan seperti apapun rintangan yang akan dihadapi, mereka akan hadapi bersama-sama. Bersama sampai mati! Sampai-sampai anak-anak mereka bertiga juga sudah seperti satu keluarga, seperti punya tiga orang tua. Dikisahkan oleh mas Indro juga kalau almarhum mas Dono pernah ditawarkan bea siswa untuk kuliah ke Amerika, tapi ditolaknya karena beliau sudah komit untuk di "Warkop".
Luar biasa! 
Mereka berkomitmen,
lalu di uji komitmen mereka,
dan mereka berhasil mempertahankan komitmen mereka.
Tindakan apakah yang membuat suatu pertemanan bisa sampai pada derajat seperti itu?

1. Teman Sejati didapat karena menggunakan dasar pertemanan tertinggi yaitu "SALING MENGHORMATI!"
dengan formula:

saya X, tapi Xku tak mau mengganggu Xmu!

Gantilah X dengan nilai rasa yang baik! maka di dapat:
saya senang, tapi senangku tak mau mengganggu senangmu! 
saya bebas, tapi bebasku tak mau mengganggu bebasmu!  
saya bahagia, tapi bahagiaku tak mau mengganggu bahagiamu! 
saya asik, tapi asikku tak mau mengganggu asikmu! 

Bukan formula saling menghormati dengan perhitungan untung rugi, saling memanfaatkan apalagi ada maksud-maksud uang!
Malah formula saling menghormati yang dipakai cendrung ke arah mengalah untuk mendahulukan kehormatan temannya!
Jauh dari prasangka apa lagi sensi ga jelas, karena syarat untuk seseorang bisa menghormati orang lain terlebih-dahulu telah menghormati dirinya sendiri!

Saya bisa tunjukkan,
anda pun bisa tunjukkan contoh pertemanan seperti ini.
Beberapa kisah yang saya ingat:

Seseorang jauh-jauh datang menemui temannya, setelah mengetuk pintu, disambut oleh orang suruhan yang mengatakan "Maaf kata tuan beliau sedang tidak mau di ganggu." Lalu orang tadi balik pulang, menerima dengan legowo, hanya berkata "Oh Maaf, sampaikan salam saya pada tuan yah. Tolong sampaikan kangen saya padanya." Dia tidak marah, tidak teriak-teriak memaki, tidak tersinggung bahkan tidak menganggap itu masalah.

Seorang bertanya pada temannya yang kebetulan masih berhutang uang padanya 
"Bro, lu kayanya ada masalah? Tampang lu jelek banget. Masalah apa sih Bro? Soal duit lagi yah?" 
Lalu temannya menjawab "Iya nih Bro, lagi abis-abisan banget gua."
"Hmmm...Ini lu pake dulu deh duit gua, kebetulan tadi gua dapet rejeki lebih, sekarang gua minta lu buang tampang sedih lu, ga asik banget gua nge-liat nya!"

Seseorang menegur temannya:
"HP lo kenapa sih? Gue telpon, sms ga pernah di jawab?
"HP gue ga apa apa, waktu gue mau angkat telpon lo...HP gw lowbatt, 
pas gue mau nelpon balik... pulsa gue abis. Pas besok nya ada pulsa...gue lupa! 
Kelamaan lupa jadi ga enak! Akhirnya gue tunggu ketemu lo aja deh, gue yakin pasti lo nemuin gue."
"Hmmh kelakuan! Gue kira lo kenapa-kenapa? Tapi lo baik-baik aja kan?
(Ga bikin berantem atau marahan atau ngambek, santai aja, ngertiin banget!)

2. Teman Sejati didapat dengan kekuatan menjaga KOMITMEN. Perjuangan terus menerus untuk menjaga komitmen. Kesetiaan pada komitmen.

Soal komitmen, ini adalah urusan orang-orang dewasa. Hanya orang dewasalah yang bisa berkomitmen. Karena orang itu harus mengerti atas alasan apa dia berkomitmen, bisa memilih dengan siapa dia berkomitmen, dan siap bertanggung-jawab dengan komitmennya. Ga asal jeplak!
Kalau setengah orang atau orang belum jadi atau anak-anak, mereka bukan berkomitmen tapi "sedang belajar" untuk berkomitmen, jadi ga usah bicara kesejatian dulu lah! It's Hurt Baby!
Bisa-bisa terjadi pepatah "Menelan Ludah Sendiri!",
malah bisa "CALAS" (Cari cari alasan terus, menutup alasan satu dengan alasan lain!),
atau "LELU" (Nge-les melulu!).

3. Teman Sejati didapat dengan ketulusan, Nothing To Lose. Tulus yang sampai-sampai mau susah untuk temannya, siap susah untuk temannya, bahkan rela berkorban untuk temannya. Tanpa maksud maksud tersembunyi. Malah tak sedikit yang tulus karena Allah Azza Wa Jalla.


Setiap manusia waras pasti mendambakan pertemanan seperti itu, yang membuat merinding kagum, membuat terharu hingga air mata jatuh menetes, sampai tak sedikit membuat berdoa: "Ya Allah, Tuhan Yang Satu, Yang Maha Pengasih & Maha Penyayang berikanlah aku persahabatan yang sejati."

Tapi tidak demikian dengan mereka yang hidupnya asal-asalan, sekedarnya saja.
Atau dengan mereka-mereka yang ada penyakit di hatinya entah itu penyakit penghianat dan lain sebagainya. Atau dengan mereka-mereka yang egois, yang pusat cinta dan tindakan kebaikannya adalah dirinya sendiri. Akan sulit bercerita tentang kesejatian atau mengharapkan "kedekatan" pada orang-orang seperti ini!
Jauhilah orang seperti itu dengan cara baik-baik, bila tidak ingin suatu hari kelak terjadi saling menyakiti dan saling merugikan!
Jangan berlebihan: Membantu mereka dengan harapan mereka akan berubah.
Karena perubahan itu baru akan terjadi bila subjeknya ingin berubah,
dan pula...hal hal bersifat rasa seperti ini tidak bisa terjadi dalam sekejap atau serta merta.
Itu adalah hasil bentukan dari proses yang panjang, sepanjang usianya! Sejak kelahirannya!
Seperti bagaimana didikan & teladan orang tuanya,
bagaimana lingkungan dan orang-orang "penumbuh"nya,
bagaimana "kejelasan" makanan yang menumbuhkannya,
sampai bagaimana doa-doa yang mengalir untuknya!

Pendeknya: Jangan terlibat! Biarkan saja! 
Dan Ingatlah, orang itu akan cendrung berkumpul dengan habitatnya!
Pejuang dengan pejuang, Kreator dengan Kreator, Seniman dengan Seniman, Pemabuk dengan Pemabuk, Pemalas dengan Pemalas, Penghayal dengan Penghayal, dst...

Terakhir:
Jangan sia-siakan bila telah mendapat teman baik yang benar-benar menginginkan anda untuk menjadi temannya (bukan menjadi musuh!)
Rawatlah teman seperti itu, karena bisa jadi anda tidak akan mendapatkan yang seperti itu lagi sampai anda mati!
Dan mintalah perlindungan, kelanggengan dan akhir yang baik pada Allah, RajaNya Manusia, Yang tidak dibatasi oleh kelemahan fisik karena Allah Tidak Serupa dengan Makhluk CiptaanNya!
--------------------------------------

With Love
-Kaan Kahfi-

Silahkan jalan-jalan ke Tulisan Kaan Kahfi lainnya. Atas kunjungannya saya haturkan banyak terimakasih.

Teman apa Teman?

Dalam pertemanan sering kita mendengar "Kita sih asik-asik aja!" Sepintas begitu adanya, seolah-olah memang benar semuanya asik-asik aja. Padahal belum tentu demikian keadaan sebenarnya. Bisa jadi yang satu asik sementara yang lain tidak, atau bisa jadi semuanya asik tapi kadar asik nya berbeda-beda, dan perbedaan itu pasti adanya!
Penilaian atau argumen tentang "ke-asik-an" hubungan dalam suatu pertemanan sesungguhnya masih berupa "DO'A" atau malah kasarnya masih "SEOLAH-OLAH".
Setelah mereka dapat melalui setiap konflik yang terjadi dengan kembali bersama & kembali mesra, masuklah pertemanan itu dalam status Teman Dekat.
Lalu bila mereka saling memperhatikan, saling berbagi & saling perduli, pertemanan mereka masuk dalam status Teman Sehati.
Selanjutnya mereka bisa begitu cocok, sampai-sampai selera mereka sama, atau bila memilih sesuatu sering sama, mau milih makanan, baju atau "apalah"...pasti sama! Kalaupun selera mereka jauh berbeda, mereka bisa tau suatu barang itu atau "apalah itu" pasti akan disukai oleh temannya,
"Pasti dia seneng banget nih!"
Dan lebih ekstrim lagi sampai-sampai mereka bisa tau kalau temannya sedang sakit atau sedang berduka! Kerasa banget! Yang begini statusnya Teman Sejiwa.

Lalu mana yang terbaik? Teman Dekat atau Teman Sehati atau Teman Sejiwa?

Yang terbaik adalah Teman Sejati! Lho?!
Yahh...mau itu Teman Dekat atau Teman Sehati atau Teman Sejiwa, semuanya masih perlu keterangan tempat & waktu. Maka tak heran ada cerita:
"Dulu kita deket banget, sekarang ga lagi, sekarang dia laen banget!"
"Dulu dia temen deket gue, terus kita rebutan pacar sampe akhirnya kita musuhan sampe sekarang!"
"Kita pernah deket, tapi sejak dia nipu gue, gue ga mau ketemu dia lagi."
"Waktu kuliah kita akrab banget, tapi sejak kerja sampe akhirnya pada nikah, ga tau lagi tuh kabarnya."

Jadi... mau itu Teman Dekat atau Teman Sehati atau Teman Sejiwa...masih perlu pertanyaan:
"Pernah begitu atau sampai sekarang begitu?"

Tapi untuk Teman Sejati, mereka "tembus" tempat & waktu! Karena yang memisahkan pertemanan mereka hanyalah Kematian. Dan ini menjadi syarat utama untuk dikatakan Sejati! Berteman sampai mati, hingga hanya sejarah hidupnyalah yang menyebutkan mereka adalah Teman Sejati!
Tidak dikatakan oleh pelakunya! Tapi diceriterakan oleh sejarah!
Oleh cerita orang-orang, keluarga, anak-anak bahkan cucu cicitnya!

Ingat kisah grup lawak legendaris Indonesia "Warkop", Dono Kasino Indro? (Sekarang tinggal Indro, Dono dan Kasino sudah meninggal dunia) Pertemanan mereka benar-benar sampai mati! Kita semua tau, mereka tidak berpisah, tidak pecah atau tidak bubar apalagi sampai musuhan. Saya malah sempat mendengar penuturan Mas Indro pada salah satu acara talk-show di salah satu TV swasta, bahwa mereka sejak pertama membentuk "Warkop" telah berkomitmen untuk selalu bersama dalam "Warkop", apapun yang terjadi dan seperti apapun rintangan yang akan dihadapi, mereka akan hadapi bersama-sama. Bersama sampai mati! Sampai-sampai anak-anak mereka bertiga juga sudah seperti satu keluarga, seperti punya tiga orang tua. Dikisahkan oleh mas Indro juga kalau almarhum mas Dono pernah ditawarkan bea siswa untuk kuliah ke Amerika, tapi ditolaknya karena beliau sudah komit untuk di "Warkop".
Luar biasa! 
Mereka berkomitmen,
lalu di uji komitmen mereka,
dan mereka berhasil mempertahankan komitmen mereka.
Tindakan apakah yang membuat suatu pertemanan bisa sampai pada derajat seperti itu?

1. Teman Sejati didapat karena menggunakan dasar pertemanan tertinggi yaitu "SALING MENGHORMATI!"
dengan formula:

saya X, tapi Xku tak mau mengganggu Xmu!

Gantilah X dengan nilai rasa yang baik! maka di dapat:
saya senang, tapi senangku tak mau mengganggu senangmu! 
saya bebas, tapi bebasku tak mau mengganggu bebasmu!  
saya bahagia, tapi bahagiaku tak mau mengganggu bahagiamu! 
saya asik, tapi asikku tak mau mengganggu asikmu! 

Bukan formula saling menghormati dengan perhitungan untung rugi, saling memanfaatkan apalagi ada maksud-maksud uang!
Malah formula saling menghormati yang dipakai cendrung ke arah mengalah untuk mendahulukan kehormatan temannya!
Jauh dari prasangka apa lagi sensi ga jelas, karena syarat untuk seseorang bisa menghormati orang lain terlebih-dahulu telah menghormati dirinya sendiri!

Saya bisa tunjukkan,
anda pun bisa tunjukkan contoh pertemanan seperti ini.
Beberapa kisah yang saya ingat:

Seseorang jauh-jauh datang menemui temannya, setelah mengetuk pintu, disambut oleh orang suruhan yang mengatakan "Maaf kata tuan beliau sedang tidak mau di ganggu." Lalu orang tadi balik pulang, menerima dengan legowo, hanya berkata "Oh Maaf, sampaikan salam saya pada tuan yah. Tolong sampaikan kangen saya padanya." Dia tidak marah, tidak teriak-teriak memaki, tidak tersinggung bahkan tidak menganggap itu masalah.

Seorang bertanya pada temannya yang kebetulan masih berhutang uang padanya 
"Bro, lu kayanya ada masalah? Tampang lu jelek banget. Masalah apa sih Bro? Soal duit lagi yah?" 
Lalu temannya menjawab "Iya nih Bro, lagi abis-abisan banget gua."
"Hmmm...Ini lu pake dulu deh duit gua, kebetulan tadi gua dapet rejeki lebih, sekarang gua minta lu buang tampang sedih lu, ga asik banget gua nge-liat nya!"

Seseorang menegur temannya:
"HP lo kenapa sih? Gue telpon, sms ga pernah di jawab?
"HP gue ga apa apa, waktu gue mau angkat telpon lo...HP gw lowbatt, 
pas gue mau nelpon balik... pulsa gue abis. Pas besok nya ada pulsa...gue lupa! 
Kelamaan lupa jadi ga enak! Akhirnya gue tunggu ketemu lo aja deh, gue yakin pasti lo nemuin gue."
"Hmmh kelakuan! Gue kira lo kenapa-kenapa? Tapi lo baik-baik aja kan?
(Ga bikin berantem atau marahan atau ngambek, santai aja, ngertiin banget!)

2. Teman Sejati didapat dengan kekuatan menjaga KOMITMEN. Perjuangan terus menerus untuk menjaga komitmen. Kesetiaan pada komitmen.

Soal komitmen, ini adalah urusan orang-orang dewasa. Hanya orang dewasalah yang bisa berkomitmen. Karena orang itu harus mengerti atas alasan apa dia berkomitmen, bisa memilih dengan siapa dia berkomitmen, dan siap bertanggung-jawab dengan komitmennya. Ga asal jeplak!
Kalau setengah orang atau orang belum jadi atau anak-anak, mereka bukan berkomitmen tapi "sedang belajar" untuk berkomitmen, jadi ga usah bicara kesejatian dulu lah! It's Hurt Baby!
Bisa-bisa terjadi pepatah "Menelan Ludah Sendiri!",
malah bisa "CALAS" (Cari cari alasan terus, menutup alasan satu dengan alasan lain!),
atau "LELU" (Nge-les melulu!).

3. Teman Sejati didapat dengan ketulusan, Nothing To Lose. Tulus yang sampai-sampai mau susah untuk temannya, siap susah untuk temannya, bahkan rela berkorban untuk temannya. Tanpa maksud maksud tersembunyi. Malah tak sedikit yang tulus karena Allah Azza Wa Jalla.


Setiap manusia waras pasti mendambakan pertemanan seperti itu, yang membuat merinding kagum, membuat terharu hingga air mata jatuh menetes, sampai tak sedikit membuat berdoa: "Ya Allah, Tuhan Yang Satu, Yang Maha Pengasih & Maha Penyayang berikanlah aku persahabatan yang sejati."

Tapi tidak demikian dengan mereka yang hidupnya asal-asalan, sekedarnya saja.
Atau dengan mereka-mereka yang ada penyakit di hatinya entah itu penyakit penghianat dan lain sebagainya. Atau dengan mereka-mereka yang egois, yang pusat cinta dan tindakan kebaikannya adalah dirinya sendiri. Akan sulit bercerita tentang kesejatian atau mengharapkan "kedekatan" pada orang-orang seperti ini!
Jauhilah orang seperti itu dengan cara baik-baik, bila tidak ingin suatu hari kelak terjadi saling menyakiti dan saling merugikan!
Jangan berlebihan: Membantu mereka dengan harapan mereka akan berubah.
Karena perubahan itu baru akan terjadi bila subjeknya ingin berubah,
dan pula...hal hal bersifat rasa seperti ini tidak bisa terjadi dalam sekejap atau serta merta.
Itu adalah hasil bentukan dari proses yang panjang, sepanjang usianya! Sejak kelahirannya!
Seperti bagaimana didikan & teladan orang tuanya,
bagaimana lingkungan dan orang-orang "penumbuh"nya,
bagaimana "kejelasan" makanan yang menumbuhkannya,
sampai bagaimana doa-doa yang mengalir untuknya!

Pendeknya: Jangan terlibat! Biarkan saja! 
Dan Ingatlah, orang itu akan cendrung berkumpul dengan habitatnya!
Pejuang dengan pejuang, Kreator dengan Kreator, Seniman dengan Seniman, Pemabuk dengan Pemabuk, Pemalas dengan Pemalas, Penghayal dengan Penghayal, dst...

Terakhir:
Jangan sia-siakan bila telah mendapat teman baik yang benar-benar menginginkan anda untuk menjadi temannya (bukan menjadi musuh!)
Rawatlah teman seperti itu, karena bisa jadi anda tidak akan mendapatkan yang seperti itu lagi sampai anda mati!
Dan mintalah perlindungan, kelanggengan dan akhir yang baik pada Allah, RajaNya Manusia, Yang tidak dibatasi oleh kelemahan fisik karena Allah Tidak Serupa dengan Makhluk CiptaanNya!
--------------------------------------

With Love
-Kaan Kahfi-

Silahkan jalan-jalan ke Tulisan Kaan Kahfi lainnya. Atas kunjungannya saya haturkan banyak terimakasih.

Saturday, April 14, 2012

Klakson 29 Juta


Lihatlah orang-orang yang berkendaraan di Jakarta, yang ber-motor atau ber-mobil, hampir sebagian besar ...wuih sangar! Biar dandan nya sebagus apa juga, tampangnya secantik apa juga, atribut kendaraannya se-lebay apa juga, tetep aja sangar! Seperti Monster! Mereka begitu mudah berteriak-memaki bahkan sampai berkelahi hanya masalah "ingin duluan", seolah-olah sedang mengurus urusan yang menyangkut hajat hidup jutaan orang!

Jalan pintas (Jalan Potong) menjadi begitu laku, dan herannya pada tau aja jalan-jalan pintas itu. Mau jalan pintas atau jalan tikus itu memotong perkampungan, membelah pemukiman, mengitari sekolah, melintasi kali, menembus pekarangan rumah orang, melawan arus, mengambil jalanan pejalan kaki, melanggar rambu-rambu lalu lintas bahkan lampu merah...bodo amat! Yang penting gua guluan!

Saya 100% heran dan bertanya-tanya, sampai saat ini pun belum ada jawaban yang memuaskan! Kenapa orang-orang disini begitu egois! Begitu Sangar! Senang sekali rebut-rebutan! Mau dibilang rebut-rebutan itu kelakuan orang susah atau orang miskin, nyatanya ada penduduk suatu negri yang setelah kotanya luluh lantah "dibantai" tsunami, masih bisa untuk teratur, antri dalam mengambil bantuan! Coba bandingkan dengan yang terjadi dan kerap terjadi di negri tercinta ini, tak usahlah naik bis, naik kereta api, naik kapal laut, pembagian beras miskin, atau pembagian uang lebaran yang hanya 5000 perak...untuk airnya di celupin tangan Ponari aja rebut-rebutan. Belum lagi bila melihat kelakuan wakil-wakil rakyat di dewan terhormat, belum yang satu selesai bicara, yang satu sudah interupsi, yang lain ikutan juga, malah tak jarang sampai baku hantam! Sedih!

Lihat juga acara debat di TV, pakar-pakar dengan sederet gelar, (oya sekedar tambahan: Haji saja jadi gelar lho...Gila, Pamer yang nyata, Syirik kecil yang nyata! Makannya saya ga pernah mau akrab sama orang yang ada H nya di kartu namanya) dengan sekian banyak jam terbang di bidangnya masing-masing, masih saja gampang terpancing emosinya oleh pertanyaan presenter atau pernyataan lawan bicaranya, lalu seperti diatas...rebut-rebutan untuk bicara, rebut-rebutan untuk didengar! Sampai berteriak! Padahal sudah pake mic, lihatlah...Mukanya merah! Jidadnya mengkerut! Urat lehernya tegang! Sungguh Menakutkan! Dan sungguh bukan tontonan yang baik untuk anak-anak!

Di pagi hari ada angkot berhenti karena sedang menurunkan penumpangnya, yang kebetulan anak sekolah semua, berhentinya pun hanya sekedar menepi, spontan motor-motor dan mobil-mobil dibelakang angkot tersebut memberondong klakson, bertubi-tubi dan sekeras-kerasnya tanpa belas kasihan sedikitpun. Seandainya ada tombol rudal dikendaraannya, pasti sudah habis di rudal angkot itu. Tak sempat mereka-orang perduli dengan orang-orang disekitarnya, yang di rumah, warung, sekolah, rumah sakit, atau sedang jalan kaki keberisikan suara klakson hasil perbuatannya tersebut.

Tak usahlah bicara mimpi ingin turut andil mencerdaskan bangsa atau menyumbang untuk anak-anak sekolah bila nanti sudah kaya, lha...itu anak-anak sekolah yang lagi turun angkot aja di klakson begitu! Palsu!
  • Saya tidak membela angkot atau supir angkot, karena tidak sedikit juga supir angkot, taxi, mobil pick up, atau mobil box yang brengsek, ugal-ugalan semaunya!
  • Saya juga tidak menangis karna terlalu sibuknya pengurus negri ini, mulai dari atasan sampai ke pak/bu RT, untuk sekedar mengatur tempat berhenti angkutan kota atau tempat turun naiknya penumpang. Karena pasti mereka menjawab "Itu kan sudah ada yang ngatur!" atau "Itu diluar wewenang kami", dia berani bilang kami lho bukan saya, seolah-olah pernyataannya adalah pernyataan warga yang dipimpinnya. Tapiiii bila bicara DUIT!!! Lintas kewenanganpun selalu "Bisa di Kordinasikan!" atau "Bisa di Kondisikan" (klise gaya bahasa aparat yang saya benci!)
  • Saya juga tidak kecewa dengan cara kerja "Pengawal Peraturan" alias "Penegak Hukum" untuk menertibkan atau sabar membimbing masyarakat agar terbiasa tertib, karena mereka kan bekerja sesuai "uang gaji" mereka, bukan sesuai pekerjaan, apalagi bicara nilai-nilai kemanusiaan atau akhlak! Bisa di "PREET!!!" gue.
  • Saya juga tidak mau menggugat Tuhan! Karena Tuhan selalu "diam", karena Dia sudah kasih aturannya dari dulu malah berikut contoh cara penggunaannya!
Tapi yang membuat saya sedih...Kenapa pada betah banget yak?! Dibiarin aja!! Kan udah kebaca ujung-ujungnya gimana? Sudah pasti dan pasti ujungnya berantakan! Lalu saling salah-menyalahkan! Lalu saling tak mau disalahkan! Lalu berkelahi saling membunuh! Yang seperti ini kan kisah berulang dan selalu saja berulang-ulang terjadi di negri ini! Seolah-olah kita semua sedang dibutakan! Di hipnotis menjadi orang-orang tak perduli! Dan inilah yang benar-benar menyedihkan!
Tak usahlah jauh-jauh melihat tipe manusia bangsa ini dengan cara mereka membuang sampah ke kali, membuang sampah ke jalan, membangun rumah di bantaran kali, atau melihat gaya kepengurusan bangsa besar ini yang soal tata kota, tata jalan, tata kali, tata sampah begitu luar biasa! Luar biasa amburadul!
Kejauhan bung! Itu mah ga tau kapan benernya! Kita lihat dari cara klakson nya aja!
Orang jalan kaki di trotoar aja di klakson, yang jelas-jelas tempat jalannya! Yang sudahlah di ambil motor,  kita lagi jalan disitu (ditempatnya lho...trotoar), eh di KLAKSON pula! GILAAAA!!!! Seolah-olah klakson dipake buat ngusir!!! Wew!!!


Mungkin sahabat punya kisah tragis soal klakson, saya pun punya, berikut kisahnya:

Seorang pemuda berangkat dari desanya untuk bekerja di Depok (Jabodetabek) sebagai kuli bangunan.  Ajakan temannya untuk ikut "nguli" di terimanya, karna dianggap inilah kesempatan baginya untuk mewujudkan impian ibunda tercinta merenovasi rumah semata wayang milik mereka di kampung halamannya.
Pagi hari, sesampainya di Depok, pemuda itu singgah untuk makan di suatu warteg pojokan jalan. Setelah makan dia ngaso, duduk di dalam salah satu becak yang parkir berderet di depan warteg. Ada sekitar tiga atau empat becak yang sedang parkir, dan dia duduk didalam becak paling ujung sebelah kiri, yang berada tepat di samping tiang listrik.
Saat sedang merenung, mungkin sedang memikirkan "Sanggupkah aku?" atau "Berapa lama aku harus bekerja?" untuk mengumpulkan uang sampai Rp. 29.000.000, biaya yang diperlukan untuk merenovasi rumah. Tiba tiba di tikungan depan warteg, tak jauh dari becak yang terparkir di ujung sebelah kanan, sebuah mobil kelas SUV atau Jeep mengalami mati mesin. Seperti biasa, spontan motor-motor dan mobil-mobil di belakangnya memberondong klakson, bertubi tubi dan sekeras-kerasnya, membuat panik si ibu dibalik kemudi Jeep tersebut, starter buru-buru, sementara persneling belum nol, masih di angka satu, gigi dengan tenaga terbesar! Hingga akhirnya Jeep itu melompat tak terkendalikan, lalu menabrak parkiran becak di sebelah kiri jalan dan tanpa bisa dihentikan terus menyeruduk deretan becak yang parkir di depan warteg itu, dan akhirnya deretan becak yang ringsek itu dapat "juga" membuat "berhenti" tenaga besar dari mobil yang lepas kendali itu, karena tertahan...tiang listrik.
Kejadian yang begitu cepat dan tak terduga itu membuat tewas seketika pemuda desa yang yang sedang duduk di dalam becak, yang ikut ringsek terjepit, bahkan membuat kedua bola mata pemuda tersebut terlepas keluar dari kelopak matanya.
(Sungguh tragis! Ini satu dari jutaaan gambaran nyata, akibat dari "attitude ber-klakson" di jalan raya di negri tercinta yang miskin dan bodoh ini, "attitude ala bar-bar",  yang dianggap biasa, dianggap bukan masalah dan terus dibiarkan!)


Ibu tersebut sangat terpukul oleh kejadian itu, dia merasa sangat bersalah karena akibat kepanikannya seseorang harus kehilangan nyawa. Sementara para "kurawa" penyebab kepanikan mungkin sampai saat ini dapat tidur pulas, tak sadar telah terlibat atau malah mungkin sadar tapi tak mau tau!

Akhir cerita, keluarga korban menerima dengan ikhlas "kepergian" pemuda itu, tanpa melakukan tuntutan hukum sedikitpun kepada ibu "penabrak".
Dan tanpa negosiasi, cerita, informasi, atau pemberitahuan sebelumnya, baik dari teman atau keluarga korban, ibu pengemudi Jeep itu memberikan santunan pada keluarga korban, santunan sebesar Dua Puluh Sembilan Juta Rupiah.
Seperti biaya yang dibutuhkan untuk merenovasi rumah ibu tercinta di kampung halaman.
Seperti jumlah uang yang dia harapkan dengan bekerja menjadi kuli bangunan.
Yang juga menghantarkan kematiannya.
--------------------------------------

With Love
-Kaan Kahfi-

Silahkan jalan-jalan ke Tulisan Kaan Kahfi lainnya. Atas kunjungannya saya haturkan banyak terimakasih.

Klakson 29 Juta


Lihatlah orang-orang yang berkendaraan di Jakarta, yang ber-motor atau ber-mobil, hampir sebagian besar ...wuih sangar! Biar dandan nya sebagus apa juga, tampangnya secantik apa juga, atribut kendaraannya se-lebay apa juga, tetep aja sangar! Seperti Monster! Mereka begitu mudah berteriak-memaki bahkan sampai berkelahi hanya masalah "ingin duluan", seolah-olah sedang mengurus urusan yang menyangkut hajat hidup jutaan orang!

Jalan pintas (Jalan Potong) menjadi begitu laku, dan herannya pada tau aja jalan-jalan pintas itu. Mau jalan pintas atau jalan tikus itu memotong perkampungan, membelah pemukiman, mengitari sekolah, melintasi kali, menembus pekarangan rumah orang, melawan arus, mengambil jalanan pejalan kaki, melanggar rambu-rambu lalu lintas bahkan lampu merah...bodo amat! Yang penting gua guluan!

Saya 100% heran dan bertanya-tanya, sampai saat ini pun belum ada jawaban yang memuaskan! Kenapa orang-orang disini begitu egois! Begitu Sangar! Senang sekali rebut-rebutan! Mau dibilang rebut-rebutan itu kelakuan orang susah atau orang miskin, nyatanya ada penduduk suatu negri yang setelah kotanya luluh lantah "dibantai" tsunami, masih bisa untuk teratur, antri dalam mengambil bantuan! Coba bandingkan dengan yang terjadi dan kerap terjadi di negri tercinta ini, tak usahlah naik bis, naik kereta api, naik kapal laut, pembagian beras miskin, atau pembagian uang lebaran yang hanya 5000 perak...untuk airnya di celupin tangan Ponari aja rebut-rebutan. Belum lagi bila melihat kelakuan wakil-wakil rakyat di dewan terhormat, belum yang satu selesai bicara, yang satu sudah interupsi, yang lain ikutan juga, malah tak jarang sampai baku hantam! Sedih!

Lihat juga acara debat di TV, pakar-pakar dengan sederet gelar, (oya sekedar tambahan: Haji saja jadi gelar lho...Gila, Pamer yang nyata, Syirik kecil yang nyata! Makannya saya ga pernah mau akrab sama orang yang ada H nya di kartu namanya) dengan sekian banyak jam terbang di bidangnya masing-masing, masih saja gampang terpancing emosinya oleh pertanyaan presenter atau pernyataan lawan bicaranya, lalu seperti diatas...rebut-rebutan untuk bicara, rebut-rebutan untuk didengar! Sampai berteriak! Padahal sudah pake mic, lihatlah...Mukanya merah! Jidadnya mengkerut! Urat lehernya tegang! Sungguh Menakutkan! Dan sungguh bukan tontonan yang baik untuk anak-anak!

Di pagi hari ada angkot berhenti karena sedang menurunkan penumpangnya, yang kebetulan anak sekolah semua, berhentinya pun hanya sekedar menepi, spontan motor-motor dan mobil-mobil dibelakang angkot tersebut memberondong klakson, bertubi-tubi dan sekeras-kerasnya tanpa belas kasihan sedikitpun. Seandainya ada tombol rudal dikendaraannya, pasti sudah habis di rudal angkot itu. Tak sempat mereka-orang perduli dengan orang-orang disekitarnya, yang di rumah, warung, sekolah, rumah sakit, atau sedang jalan kaki keberisikan suara klakson hasil perbuatannya tersebut.

Tak usahlah bicara mimpi ingin turut andil mencerdaskan bangsa atau menyumbang untuk anak-anak sekolah bila nanti sudah kaya, lha...itu anak-anak sekolah yang lagi turun angkot aja di klakson begitu! Palsu!
  • Saya tidak membela angkot atau supir angkot, karena tidak sedikit juga supir angkot, taxi, mobil pick up, atau mobil box yang brengsek, ugal-ugalan semaunya!
  • Saya juga tidak menangis karna terlalu sibuknya pengurus negri ini, mulai dari atasan sampai ke pak/bu RT, untuk sekedar mengatur tempat berhenti angkutan kota atau tempat turun naiknya penumpang. Karena pasti mereka menjawab "Itu kan sudah ada yang ngatur!" atau "Itu diluar wewenang kami", dia berani bilang kami lho bukan saya, seolah-olah pernyataannya adalah pernyataan warga yang dipimpinnya. Tapiiii bila bicara DUIT!!! Lintas kewenanganpun selalu "Bisa di Kordinasikan!" atau "Bisa di Kondisikan" (klise gaya bahasa aparat yang saya benci!)
  • Saya juga tidak kecewa dengan cara kerja "Pengawal Peraturan" alias "Penegak Hukum" untuk menertibkan atau sabar membimbing masyarakat agar terbiasa tertib, karena mereka kan bekerja sesuai "uang gaji" mereka, bukan sesuai pekerjaan, apalagi bicara nilai-nilai kemanusiaan atau akhlak! Bisa di "PREET!!!" gue.
  • Saya juga tidak mau menggugat Tuhan! Karena Tuhan selalu "diam", karena Dia sudah kasih aturannya dari dulu malah berikut contoh cara penggunaannya!
Tapi yang membuat saya sedih...Kenapa pada betah banget yak?! Dibiarin aja!! Kan udah kebaca ujung-ujungnya gimana? Sudah pasti dan pasti ujungnya berantakan! Lalu saling salah-menyalahkan! Lalu saling tak mau disalahkan! Lalu berkelahi saling membunuh! Yang seperti ini kan kisah berulang dan selalu saja berulang-ulang terjadi di negri ini! Seolah-olah kita semua sedang dibutakan! Di hipnotis menjadi orang-orang tak perduli! Dan inilah yang benar-benar menyedihkan!
Tak usahlah jauh-jauh melihat tipe manusia bangsa ini dengan cara mereka membuang sampah ke kali, membuang sampah ke jalan, membangun rumah di bantaran kali, atau melihat gaya kepengurusan bangsa besar ini yang soal tata kota, tata jalan, tata kali, tata sampah begitu luar biasa! Luar biasa amburadul!
Kejauhan bung! Itu mah ga tau kapan benernya! Kita lihat dari cara klakson nya aja!
Orang jalan kaki di trotoar aja di klakson, yang jelas-jelas tempat jalannya! Yang sudahlah di ambil motor,  kita lagi jalan disitu (ditempatnya lho...trotoar), eh di KLAKSON pula! GILAAAA!!!! Seolah-olah klakson dipake buat ngusir!!! Wew!!!


Mungkin sahabat punya kisah tragis soal klakson, saya pun punya, berikut kisahnya:

Seorang pemuda berangkat dari desanya untuk bekerja di Depok (Jabodetabek) sebagai kuli bangunan.  Ajakan temannya untuk ikut "nguli" di terimanya, karna dianggap inilah kesempatan baginya untuk mewujudkan impian ibunda tercinta merenovasi rumah semata wayang milik mereka di kampung halamannya.
Pagi hari, sesampainya di Depok, pemuda itu singgah untuk makan di suatu warteg pojokan jalan. Setelah makan dia ngaso, duduk di dalam salah satu becak yang parkir berderet di depan warteg. Ada sekitar tiga atau empat becak yang sedang parkir, dan dia duduk didalam becak paling ujung sebelah kiri, yang berada tepat di samping tiang listrik.
Saat sedang merenung, mungkin sedang memikirkan "Sanggupkah aku?" atau "Berapa lama aku harus bekerja?" untuk mengumpulkan uang sampai Rp. 29.000.000, biaya yang diperlukan untuk merenovasi rumah. Tiba tiba di tikungan depan warteg, tak jauh dari becak yang terparkir di ujung sebelah kanan, sebuah mobil kelas SUV atau Jeep mengalami mati mesin. Seperti biasa, spontan motor-motor dan mobil-mobil di belakangnya memberondong klakson, bertubi tubi dan sekeras-kerasnya, membuat panik si ibu dibalik kemudi Jeep tersebut, starter buru-buru, sementara persneling belum nol, masih di angka satu, gigi dengan tenaga terbesar! Hingga akhirnya Jeep itu melompat tak terkendalikan, lalu menabrak parkiran becak di sebelah kiri jalan dan tanpa bisa dihentikan terus menyeruduk deretan becak yang parkir di depan warteg itu, dan akhirnya deretan becak yang ringsek itu dapat "juga" membuat "berhenti" tenaga besar dari mobil yang lepas kendali itu, karena tertahan...tiang listrik.
Kejadian yang begitu cepat dan tak terduga itu membuat tewas seketika pemuda desa yang yang sedang duduk di dalam becak, yang ikut ringsek terjepit, bahkan membuat kedua bola mata pemuda tersebut terlepas keluar dari kelopak matanya.
(Sungguh tragis! Ini satu dari jutaaan gambaran nyata, akibat dari "attitude ber-klakson" di jalan raya di negri tercinta yang miskin dan bodoh ini, "attitude ala bar-bar",  yang dianggap biasa, dianggap bukan masalah dan terus dibiarkan!)


Ibu tersebut sangat terpukul oleh kejadian itu, dia merasa sangat bersalah karena akibat kepanikannya seseorang harus kehilangan nyawa. Sementara para "kurawa" penyebab kepanikan mungkin sampai saat ini dapat tidur pulas, tak sadar telah terlibat atau malah mungkin sadar tapi tak mau tau!

Akhir cerita, keluarga korban menerima dengan ikhlas "kepergian" pemuda itu, tanpa melakukan tuntutan hukum sedikitpun kepada ibu "penabrak".
Dan tanpa negosiasi, cerita, informasi, atau pemberitahuan sebelumnya, baik dari teman atau keluarga korban, ibu pengemudi Jeep itu memberikan santunan pada keluarga korban, santunan sebesar Dua Puluh Sembilan Juta Rupiah.
Seperti biaya yang dibutuhkan untuk merenovasi rumah ibu tercinta di kampung halaman.
Seperti jumlah uang yang dia harapkan dengan bekerja menjadi kuli bangunan.
Yang juga menghantarkan kematiannya.
--------------------------------------

With Love
-Kaan Kahfi-

Silahkan jalan-jalan ke Tulisan Kaan Kahfi lainnya. Atas kunjungannya saya haturkan banyak terimakasih.