Random Posts

Thursday, April 19, 2012

Teman apa Teman?

Dalam pertemanan sering kita mendengar "Kita sih asik-asik aja!" Sepintas begitu adanya, seolah-olah memang benar semuanya asik-asik aja. Padahal belum tentu demikian keadaan sebenarnya. Bisa jadi yang satu asik sementara yang lain tidak, atau bisa jadi semuanya asik tapi kadar asik nya berbeda-beda, dan perbedaan itu pasti adanya!
Penilaian atau argumen tentang "ke-asik-an" hubungan dalam suatu pertemanan sesungguhnya masih berupa "DO'A" atau malah kasarnya masih "SEOLAH-OLAH".
Setelah mereka dapat melalui setiap konflik yang terjadi dengan kembali bersama & kembali mesra, masuklah pertemanan itu dalam status Teman Dekat.
Lalu bila mereka saling memperhatikan, saling berbagi & saling perduli, pertemanan mereka masuk dalam status Teman Sehati.
Selanjutnya mereka bisa begitu cocok, sampai-sampai selera mereka sama, atau bila memilih sesuatu sering sama, mau milih makanan, baju atau "apalah"...pasti sama! Kalaupun selera mereka jauh berbeda, mereka bisa tau suatu barang itu atau "apalah itu" pasti akan disukai oleh temannya,
"Pasti dia seneng banget nih!"
Dan lebih ekstrim lagi sampai-sampai mereka bisa tau kalau temannya sedang sakit atau sedang berduka! Kerasa banget! Yang begini statusnya Teman Sejiwa.

Lalu mana yang terbaik? Teman Dekat atau Teman Sehati atau Teman Sejiwa?

Yang terbaik adalah Teman Sejati! Lho?!
Yahh...mau itu Teman Dekat atau Teman Sehati atau Teman Sejiwa, semuanya masih perlu keterangan tempat & waktu. Maka tak heran ada cerita:
"Dulu kita deket banget, sekarang ga lagi, sekarang dia laen banget!"
"Dulu dia temen deket gue, terus kita rebutan pacar sampe akhirnya kita musuhan sampe sekarang!"
"Kita pernah deket, tapi sejak dia nipu gue, gue ga mau ketemu dia lagi."
"Waktu kuliah kita akrab banget, tapi sejak kerja sampe akhirnya pada nikah, ga tau lagi tuh kabarnya."

Jadi... mau itu Teman Dekat atau Teman Sehati atau Teman Sejiwa...masih perlu pertanyaan:
"Pernah begitu atau sampai sekarang begitu?"

Tapi untuk Teman Sejati, mereka "tembus" tempat & waktu! Karena yang memisahkan pertemanan mereka hanyalah Kematian. Dan ini menjadi syarat utama untuk dikatakan Sejati! Berteman sampai mati, hingga hanya sejarah hidupnyalah yang menyebutkan mereka adalah Teman Sejati!
Tidak dikatakan oleh pelakunya! Tapi diceriterakan oleh sejarah!
Oleh cerita orang-orang, keluarga, anak-anak bahkan cucu cicitnya!

Ingat kisah grup lawak legendaris Indonesia "Warkop", Dono Kasino Indro? (Sekarang tinggal Indro, Dono dan Kasino sudah meninggal dunia) Pertemanan mereka benar-benar sampai mati! Kita semua tau, mereka tidak berpisah, tidak pecah atau tidak bubar apalagi sampai musuhan. Saya malah sempat mendengar penuturan Mas Indro pada salah satu acara talk-show di salah satu TV swasta, bahwa mereka sejak pertama membentuk "Warkop" telah berkomitmen untuk selalu bersama dalam "Warkop", apapun yang terjadi dan seperti apapun rintangan yang akan dihadapi, mereka akan hadapi bersama-sama. Bersama sampai mati! Sampai-sampai anak-anak mereka bertiga juga sudah seperti satu keluarga, seperti punya tiga orang tua. Dikisahkan oleh mas Indro juga kalau almarhum mas Dono pernah ditawarkan bea siswa untuk kuliah ke Amerika, tapi ditolaknya karena beliau sudah komit untuk di "Warkop".
Luar biasa! 
Mereka berkomitmen,
lalu di uji komitmen mereka,
dan mereka berhasil mempertahankan komitmen mereka.
Tindakan apakah yang membuat suatu pertemanan bisa sampai pada derajat seperti itu?

1. Teman Sejati didapat karena menggunakan dasar pertemanan tertinggi yaitu "SALING MENGHORMATI!"
dengan formula:

saya X, tapi Xku tak mau mengganggu Xmu!

Gantilah X dengan nilai rasa yang baik! maka di dapat:
saya senang, tapi senangku tak mau mengganggu senangmu! 
saya bebas, tapi bebasku tak mau mengganggu bebasmu!  
saya bahagia, tapi bahagiaku tak mau mengganggu bahagiamu! 
saya asik, tapi asikku tak mau mengganggu asikmu! 

Bukan formula saling menghormati dengan perhitungan untung rugi, saling memanfaatkan apalagi ada maksud-maksud uang!
Malah formula saling menghormati yang dipakai cendrung ke arah mengalah untuk mendahulukan kehormatan temannya!
Jauh dari prasangka apa lagi sensi ga jelas, karena syarat untuk seseorang bisa menghormati orang lain terlebih-dahulu telah menghormati dirinya sendiri!

Saya bisa tunjukkan,
anda pun bisa tunjukkan contoh pertemanan seperti ini.
Beberapa kisah yang saya ingat:

Seseorang jauh-jauh datang menemui temannya, setelah mengetuk pintu, disambut oleh orang suruhan yang mengatakan "Maaf kata tuan beliau sedang tidak mau di ganggu." Lalu orang tadi balik pulang, menerima dengan legowo, hanya berkata "Oh Maaf, sampaikan salam saya pada tuan yah. Tolong sampaikan kangen saya padanya." Dia tidak marah, tidak teriak-teriak memaki, tidak tersinggung bahkan tidak menganggap itu masalah.

Seorang bertanya pada temannya yang kebetulan masih berhutang uang padanya 
"Bro, lu kayanya ada masalah? Tampang lu jelek banget. Masalah apa sih Bro? Soal duit lagi yah?" 
Lalu temannya menjawab "Iya nih Bro, lagi abis-abisan banget gua."
"Hmmm...Ini lu pake dulu deh duit gua, kebetulan tadi gua dapet rejeki lebih, sekarang gua minta lu buang tampang sedih lu, ga asik banget gua nge-liat nya!"

Seseorang menegur temannya:
"HP lo kenapa sih? Gue telpon, sms ga pernah di jawab?
"HP gue ga apa apa, waktu gue mau angkat telpon lo...HP gw lowbatt, 
pas gue mau nelpon balik... pulsa gue abis. Pas besok nya ada pulsa...gue lupa! 
Kelamaan lupa jadi ga enak! Akhirnya gue tunggu ketemu lo aja deh, gue yakin pasti lo nemuin gue."
"Hmmh kelakuan! Gue kira lo kenapa-kenapa? Tapi lo baik-baik aja kan?
(Ga bikin berantem atau marahan atau ngambek, santai aja, ngertiin banget!)

2. Teman Sejati didapat dengan kekuatan menjaga KOMITMEN. Perjuangan terus menerus untuk menjaga komitmen. Kesetiaan pada komitmen.

Soal komitmen, ini adalah urusan orang-orang dewasa. Hanya orang dewasalah yang bisa berkomitmen. Karena orang itu harus mengerti atas alasan apa dia berkomitmen, bisa memilih dengan siapa dia berkomitmen, dan siap bertanggung-jawab dengan komitmennya. Ga asal jeplak!
Kalau setengah orang atau orang belum jadi atau anak-anak, mereka bukan berkomitmen tapi "sedang belajar" untuk berkomitmen, jadi ga usah bicara kesejatian dulu lah! It's Hurt Baby!
Bisa-bisa terjadi pepatah "Menelan Ludah Sendiri!",
malah bisa "CALAS" (Cari cari alasan terus, menutup alasan satu dengan alasan lain!),
atau "LELU" (Nge-les melulu!).

3. Teman Sejati didapat dengan ketulusan, Nothing To Lose. Tulus yang sampai-sampai mau susah untuk temannya, siap susah untuk temannya, bahkan rela berkorban untuk temannya. Tanpa maksud maksud tersembunyi. Malah tak sedikit yang tulus karena Allah Azza Wa Jalla.


Setiap manusia waras pasti mendambakan pertemanan seperti itu, yang membuat merinding kagum, membuat terharu hingga air mata jatuh menetes, sampai tak sedikit membuat berdoa: "Ya Allah, Tuhan Yang Satu, Yang Maha Pengasih & Maha Penyayang berikanlah aku persahabatan yang sejati."

Tapi tidak demikian dengan mereka yang hidupnya asal-asalan, sekedarnya saja.
Atau dengan mereka-mereka yang ada penyakit di hatinya entah itu penyakit penghianat dan lain sebagainya. Atau dengan mereka-mereka yang egois, yang pusat cinta dan tindakan kebaikannya adalah dirinya sendiri. Akan sulit bercerita tentang kesejatian atau mengharapkan "kedekatan" pada orang-orang seperti ini!
Jauhilah orang seperti itu dengan cara baik-baik, bila tidak ingin suatu hari kelak terjadi saling menyakiti dan saling merugikan!
Jangan berlebihan: Membantu mereka dengan harapan mereka akan berubah.
Karena perubahan itu baru akan terjadi bila subjeknya ingin berubah,
dan pula...hal hal bersifat rasa seperti ini tidak bisa terjadi dalam sekejap atau serta merta.
Itu adalah hasil bentukan dari proses yang panjang, sepanjang usianya! Sejak kelahirannya!
Seperti bagaimana didikan & teladan orang tuanya,
bagaimana lingkungan dan orang-orang "penumbuh"nya,
bagaimana "kejelasan" makanan yang menumbuhkannya,
sampai bagaimana doa-doa yang mengalir untuknya!

Pendeknya: Jangan terlibat! Biarkan saja! 
Dan Ingatlah, orang itu akan cendrung berkumpul dengan habitatnya!
Pejuang dengan pejuang, Kreator dengan Kreator, Seniman dengan Seniman, Pemabuk dengan Pemabuk, Pemalas dengan Pemalas, Penghayal dengan Penghayal, dst...

Terakhir:
Jangan sia-siakan bila telah mendapat teman baik yang benar-benar menginginkan anda untuk menjadi temannya (bukan menjadi musuh!)
Rawatlah teman seperti itu, karena bisa jadi anda tidak akan mendapatkan yang seperti itu lagi sampai anda mati!
Dan mintalah perlindungan, kelanggengan dan akhir yang baik pada Allah, RajaNya Manusia, Yang tidak dibatasi oleh kelemahan fisik karena Allah Tidak Serupa dengan Makhluk CiptaanNya!
--------------------------------------

With Love
-Kaan Kahfi-

Silahkan jalan-jalan ke Tulisan Kaan Kahfi lainnya. Atas kunjungannya saya haturkan banyak terimakasih.