Random Posts

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Monday, October 28, 2013

Kisah Raja yang dihianati Kekasih-Kekasihnya

Raja yg tak berdaya itu sedang jatuh sakit.
Kian lemah, pucat & kurus, terkulai lunglai di pembaringannya.
Lama sudah Singgasana itu tak didudukinya.
Diambil alih oleh debu peng-abai-an, yang kian hari kian tebal.

Sementara Kerajaannya terus berjalan.
Bendera Kerajaannya masih berkibar megah.
Benteng-Bentengnya masih kokoh berdiri.
Lumbung-Lumbung Padi-nya masih selalu terisi penuh.
Pasar-Pasarnya masih selalu ramai.
Upeti masih mengalir.
Simpanan Emas dan Permata masih tertata rapi, malah bertambah banyak, tertimbun di gudang-gudang harta Kerajaannya.
Seolah tak ada yang tau kalau Raja telah lama sakit dan tak memimpin.

Ada penghianatan disana!
Dan Raja pun mengetahuinya.
Namun dia sungguh-sungguh tak berdaya.
Sampai-sampai tak berani mengatakan "Sedang tak berdaya!"

Percaya Dirinya kian tipis, terasah ketidakberdayaan-hari-hari-nya.
Dia tinggal berpegang pada harapan terakhirnya "Semoga akan datang pertolongan sehingga Kerajaan ini tidak menuju kehancuran!"
Baginya_Jangankan Harapan untuk bangkit_Harapan tuk sembuhpun telah terhapuskan.

Ingin sekali ia melihat rakyatnya.
Kerinduannya sepanjang sakitnya itu telah membuatnya bertambah sakit.
Bila teringat wajah-wajah gembira rakyatnya, bersorak sorai mengaraknya, sekalipun terhalang tirai tandu, terperaslah air matanya, mengeringkan jiwanya.

Kini Tandu Raja itupun telah lapuk tersimpan di gudang Kerajaannya sendiri.
Diganti dengan Pandu Siasat Persekutuan dalam Istananya sendiri.
Yang selalu berhasil memojokkannya untuk Setuju, Setuju & Setuju!


Orang-Orang terdekatnya yang begitu di-Kasihi-nya, Kekasih-Kekasihnya, telah bersekutu, bersekongkol menghianatinya. Penasehat Raja telah bersekutu dengan Perdana Mentri, Panglima Perang & Ibu Suri. Memerintah Seluruh Jendral dan Kaki Tangan Kerajaan atas nama Raja, dan membayangi pengabdian mereka semua dengan Emas, Anggur & Dayang-Dayang, sebagai Upah bagi Pengabdian & Kesetiaan mereka semua. Lalu menjadi Istiadat & hukum tak tertulis yg paling dipatuhi.

Namun Selalu, Tak Pernah Berubah, Tak Terjawab & Tak Terpecahkan.
Bahwa akhir dari setiap pesta-pora mereka adalah Ketakutan!
Ketakutan dari Ketakutan:
"Hmm...Bila Raja berhenti diracuni maka Raja akan sembuh. Bila Raja sembuh maka hilanglah semua kesenangan ini!"

"Hmm...andai Raja memiliki Putra Mahkota! Sang Pengganti yang diakui, tentu mudah dididik untuk menjadi penyingkir ayahnya sendiri!"

"Sementara bila terus diracuni, maka tamatlah kami!"


Kami Semua:

Kaki Tangan Kerajaan:
- Kaki Kanan,
- Kaki Kiri,
-Tangan Kanan,
-Tangan Kiri,

bersama:
-Jendral Mata, Pemimpin Pasukan Penglihatan
-Jendral Telinga, Pemimpin Pasukan Pendengaran
-Jendral Lidah, Pemimpin Pasukan Pengecapan
-Jendral Kulit, Pemimpin Pasukan Perabaan
-Jendral Hidung, Pemimpin Pasukan Pembauan

bahkan:
-Penasehat Raja Akal
-Perdana Mentri Nafsu
-Panglima Perang Amarah
-Ibu Suri Birahi

Tamat karena akan turut mati!
Bila Raja Hati mati!!!

--------------------------------------

With Love
-Kaan Kahfi-

Silahkan jalan-jalan ke Tulisan Kaan Kahfi lainnya. Atas kunjungannya saya haturkan banyak terimakasih.

Tuesday, September 24, 2013

Motivasi Sukses Sepanjang Masa (2)

Tulisan kali ini adalah lanjutan dari Motivasi Sukses Sepanjang Masa yang sukses membangkitkan semangat teman-teman yang sedang "terpuruk" juga yang sedang "galau".

Sebelumnya saya juga ingin menyampaikan, kenapa tulisan Motivasi Sukses Sepanjang Masa (2) ini baru bisa rilis saat ini?
Karena penulis sempat jatuh, terpuruk, galau_bahasa sekarangnya...atau seperti lagu  Stuck in the moment-nya U2....oleh....
Fenomena "Cari Nama" yang bertebaran di saat ini. Yang mencari "Like" atau memohon "Share" di jejaring sosial, yang nge-Twit atau mengunggah video aneh-aneh, dengan tujuan "Jumlah", dengan tujuan "Banyak". Sampai-sampai tak dilihatnya lagi baik atau tidaknya, tak ditimbang-timbang lagi bagaimana dampaknya kemudian hari. Apalagi bicara ikut ambil andil mencerdaskan bangsa, atau yang lebih tinggi lagi seperti harga diri bangsa, kebanggaan bangsa...tak digubris, disepelekan, malah di hina dan disakiti!

Media TV pun yang siarannya menyebar ke seluruh pelosok tanah air, malah ambil peran penting dalam menjatuhkan nilai-nilai luhur bangsa besar ini. Malah Publik Figure - Tokoh Masyarakat di negri tercinta ini ikut mempertontonkan teladan-teladan yang merusak!

Saya lihat Status atau Broadcast semacam:
  • Kalau kamu orang baik Like ini yah.
  • Sebarkan ini bila tidak kamu akan mendapat malapetaka!
  • Atau "Senangnya abis beli mobil baru!",  atau "Kebangun malem-malem, jadi pengen Tahajud,  terimakasih Tuhan udah bangunin aku buat Tahajud."
  • Atau sengaja menaikkan jumlah pengunjung dengan sengaja mengusung isu-isu sensitif, atau hal-hal cabul, atau menghina, memaki, berkata kotor dan tidak senonoh!
Kebodohan dan Kepalsuan yang nyata! Yang bahkan dilakukan oleh Orang-Orang besar! Okelah kata-katanya bagus, tapi kenapa nuansa Cari Nama, Cari Pengikut, Bikin Kesan Baik-nya terasa kental sekali?

Saya lihat di TV:
  • Bagaimana keburukan orang diumbar, disebarluaskan. Malah diparodikan, dibuat lawakan yang membuat jutaan orang tertawa. 
  • Bagaimana satu berita menyulut kemarahan banyak orang!
  • Bagaimana satu isu membuat kebencian tersebar, mengajak orang-orang untuk membenci seseorang atau kelompok tertentu! Bahkan sampai yang paling sadis_menghacurkan karakter seseorang!
Saya lihat Tokoh Masyarakat itu:
  • Bicara kebaikan lalu mempertontonkan ke-tidak-baikan!
  • Mengiming-imingi lalu hilang begitu saja!
  • Tiba-tiba baik, padahal semua orang tau betapa arogannya dia!
  • Tiba-tiba nongol di TV sedang memberi santunan, padahal dugem kegemarannya!
  • Tiba-tiba pake kerudung lalu bicara sambil tersedu-sedu!
  • Berjanji_lalu sibuk_lalu lupa dengan janjinya!
  • Bicara Rakyat! Padahal keluarganya sendiri saja tidak bisa dijaganya! Lalu bercerai! Lalu saling menjelek-jelekkan! Dipertontonkan pula didepan rakyatnya_tanpa malu sedikitpun! Menjelekkan hal yang sudah jelek! Jelek diatas Jelek!
Saat melihat itu semua saya Muak! Saya berteriak PALSUUUUU!!!! Lalu rusaklah hari-hari saya....yang membungkam kata-kata, membuat tak enak makan dan minum.

Lalu saya coba melihat-lihat yang terjadi di belahan bumi lain, di negara-negara lain! Wow menakutkan! Ternyata sama saja! Malah lebih kreatif dan mengerikan! Ternyata memang sudah seperti inilah wajah peradaban moderen, seperti itulah dia berjalan! Berlari malah! Cepat....sangat cepat sekali!

Sampai suatu hari saya berbicara dengan orang yang penuh cinta dihatinya, yang memandang semuanya baik, semua orang baik, semuanya ini berjalan dengan baik. Berhari-hari saya asik mendengarkan dia bicara. lalu hal aneh terjadi...setelah itu saya bertemu dengan banyak orang seperti dia.

Dalam suatu perjalanan, saya hentikan kendaraan saya di tepi kali besar. Kali yang kotor, coklat keruh dan hampir menghitam, bau, dan banyak sampah. Malah tak sekali mata saya melihat benda berwarna kuning yang tengah mengambang terbawa arus air kali.
Yah...akhirnya harus saya akui! Pandangan saya ini terbatas sekali! Saya hanya mampu memandang keburukan yang ada_tanpa pernah belajar melihat keindahan dan kebaikan yang tersembunyi dibalik itu semua!
Air di kali itu,
Kali itu sendiri dengan setiap belokannya,
Tenaga Air itu,
Kepasrahan Air dan Kali itu!
OH SEMUANYA INDAH!

Memanglah indah itu mahal dan terbatas, 
kadang kita harus ke gunung atau ke pantai untuk mendapatkannya! 
Yang tak indah itu murah dan banyak, bertaburan malah, 
hingga mudah sekali kita mendapatkannya. 
Dan itu bukanlah masalah! Yang menjadi masalah adalah...
cermin hati seperti apa yang kita gunakan untuk melihat! 
Bila itu cermin keburukan_maka keburukanlah yang tergambar! 
Bila itu Kebaikan, bila itu Keindahan_maka seperti itu pulalah 
yang akan tergambar di hati kita_hati yang berkuasa di tubuh kita itu.


Sampailah kita pada Motivasi Sukses Sepanjang Masa (2).
Masih ingat cerita di Motivasi Sukses Sepanjang Masa tentang Pak Yanto, tukang lontong sayur yang mendapatkan uang Sembilan Milyar Rupiah! Atau cerita tentang penjaga toko yang dapat uang 20 Juta Rupiah! Atau cerita tentang Mang Ebi dengan 350 Juta Rupiah utangnya_yang bisa dilunasinya!

Kalau kita pakai hitung-hitungan bodoh saja, misalnya sehari bisa laku 100 piring lontong sayurnya pak Yanto. Taruh kata dari setiap piringnya pak Yanto mendapatkan keuntungan sebesar 1000 Rupiah, berarti setiap hari pak Yanto menghasilkan keuntungan 100.000 Rupiah.
Sekarang, Sembilan Milyar dibagi Seratus Ribu Rupiah:
9.000.000.000 : 100.000  =  90.000 hari, lalu kita jadikan tahun:
90.000 : 365 = 247 (pembulatan).... Gubrak...247 Tahun!!!
Beliau harus berjualan selama 247 Tahun, dengan gerobaknya itu, untuk mendapatkan uang 9 Milyar Rupiah. Itupun bila dijalaninya tiap hari tanpa henti, tanpa liburan atau sakit!
"Yah Mas! Umur kita aja ga nyampe segitu kalee!!!"
"Iya bener! Tapi bukannya begitu kebanyakannya_matematiknya orang-orang yang bekerja sekarang?"

Atau anak penjaga toko dengan gaji 5.000 Rupiah perhari itu! Dia akan membutuhkan 11 Tahun untuk mengumpulannya menjadi 20 Juta Rupiah!

"Yah Mas! Lama aja!!!"
"Iya bener! Tapi bukannya begitu kebanyakannya_matematiknya orang-orang yang bekerja sekarang?"
Cicilan-cicilannya! Tagihan-tagihannya! Perhitungan Uang harian, bonus dan lain sebagainya! Seolah-olah mereka bisa terus bekerja! Seolah-olah mereka bisa terus sehat! Seolah-olah tak akan ada "pengeluaran yang tak terduga" yang setiap hari tengah mengintainya! Seolah-olah bisa hidup terus, tak akan mati!

Dan bukan itu poin yang saya mau garis bawahi. Kita mungkin pandai me-reka-reka "Pengeluaran yang tak terduga"! Tapi sayangnya kita tak mau membiasakan diri dengan "Pemasukan yang tak terduga".
Tengoklah klaim asuransi atau jaminan-jaminan sosial yang ada. Tidak ada! Semua bicaranya pemenuhan kebutuhan dengan Pemasukan Tetap! Seolah ada jargon yang berbisik kencang: "Bila anda memiliki Pemasukan Tetap maka anda dapat dipertimbangkan untuk meminjam pada kami!"
Maka tak heran banyak yang Bangkrut! Banyak yang terlilit hutang! Banyak yang Collapse!!!
Karena berjalan dengan metoda Pemasukan Tetap untuk Pengeluaran Tak Tetap!
Sudahlah Pemasukkan Tetapnya itu di"buru"nya, bahkan diagungkannya_Tetapi "lucunya" dia sendiri tidak mampu menetapkan Pengeluarannya!

Dan camkanlah...Jangan dikira mudah menetapkan pengeluaran, menetapkan kebutuhan saja sulit! Hanya orang-orang besarlah, yang sudah terlatih kejujuran, disiplin dan ketaatannya_yang bisa mengerti apa yang dia butuhkan!

"Kalau Orang-orang...yang liat itu pengen,_liat ini pengen! Ga punya ini malu_ga punya itu malu! Dengki liat orang punya sementara dia ga punya! Yaaah jauuuh itu mah tong!!!"

"Huss!!! Jangan Begitu! Jangan Patahkan semangat orang, jangan tutup potensi orang! Setiap Orang punya kesempatan untuk memperbaiki dan mengembangkan dirinya!"
Inilah Motivasi 1: 
Kita diberi KESEMPATAN dan HARAPAN!


Sekarang bicara Pemasukan yang Tak Terduga! Siapa yang berani memilihnya?! Bahkan siapa yang berani menjaminnya?! Tak akan ada yang sanggup! Hanya Allaah ta'aalaa yang sanggup!
Bayangkanlah kalau pak Yanto harus berjualan Lontong Sayur dangan gerobaknya itu selama 247 tahun! Siapa yang tahu, Allaah menghendaki pak Yanto mendapatkan 9 Milyar! Yang kita harus lakukan hanyalah Bekerja dengan Sungguh-Sungguh! Seperti Pak Yanto, seperti anak penjaga toko itu, seperti mang Ebi.
Inilah Motivasi 2
BEKERJA DENGAN SUNGGUH-SUNGGUH atas dasar mengHARGAI DIRI sendiri!


Resapilah:
...Anak penjaga toko itu hanya butuh waktu satu bulan untuk mendapatkan uang 4000 kali gaji/harinya! Pak Yanto hanya diberi kesengsaraan sekian tahun untuk mendapatkan uang yang membutuhkan waktu 247 tahun berkeliling_berjualan lontong sayur!
Bayangkan bila harus diupayakannya, disimpan semuanya, tanpa di otak-atik sedikitpun. Dan itupun kalau tak terjadi perubahan nilai uang di dunia ini!

Lalu selama mereka menjalani pekerjaannya itu...apakah pernah terlintas rasa bosan? 
Atau pertanyaan dari pikiran: "Kapankah saya bisa hidup lebih baik lagi?"
Bila mereka bertanya begitu_itu adalah wajar karena kita_manusia_adalah makhluk super lemah!
Tapi yang membedakan mereka dengan Pengeluh dan Pemalas adalah...mereka tidak tenggelam, larut dalam pikiran-pikiran seperti itu. Dan pikiran-pikiran itu tidak sampai merubah rajin-nya menjadi malas, tidak merubah kesungguh-sungguhannya menjadi ke-putus-asa-an! Bahkan tidak diucapkannya untuk menjadi sebuah keluhan! Apalagi dijadikan bahan perdebatan! Apalagi menjadi jalan kesesatan bagi orang lain!

...mang Ebi yang sibuk memperbaiki dirinya, sibuk berbuat baik pada orang lain dengan bersedekah, sehingga Allaah ta'aala selesaikan urusan hutangnya.

Ternyata hubungan kerjaan kita dengan hasil yang akan kita capai bukanlah perkalian bodoh atau matematika ala manusia yang lemah_bahwa: "Kalau sehari bisa dapat income Sejuta, berarti sebulan bisa dapet 30 Juta!"
Tapi hubungannya adalah_kita kerjakan sunguh-sungguh sekecil apapun kerjaan kita itu_yang kita lakukan semata-mata karena Allaah! Maka Allaah ta'aala akan memberikan kita balasan terbaikNya!
Inilah Motivasi 3
TUGASKU HANYA MEMPERBAIKI DIRI, RIZQI-KU URUSAN TUHAN-KU!


"Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap." 

(Al-Qur'an, Surah Alam Nasyrah (94), ayat: 5-8)



"...dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu karena Allaah. Demikianlah diberi pengajaran dengan itu orang yang beriman kepada Allaah dan hari akhirat. Barang siapa yang bertakwa kepada Allaah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allaah niscaya Allaah akan mencukupkan keperluannya. Sesungguhnya Allaah melaksanakan urusan (yang dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allaah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu."

(Al-Qur'an, Surah Ath-Thalaaq (65), ayat: 2 & 3)



"Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allaah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan dari padanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allaah Maha Kaya lagi Maha Terpuji. Syaitan menakut-nakuti kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kikir, sedang Allaah menjanjikan untukmu ampunan daripada-Nya dan Karunia. Dan Allaah Maha Luas karunia-Nya lagi Maha Mengetahui." 
(Al-Qur'an, Surah Al-Baqarah (2), ayat: 267-268) 

Katakanlah: "Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rizqi bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi siapa yang dikehendaki-Nya". Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allaah akan menggantinya dan Dia-lah Pemberi rizqi yang sebaik-baiknya.
(Al-Qur'an, Surah Saba' (34), ayat: 39)

Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiallaahu'anhu, dari Rasulullaah Shalallaahu'alaihi wasalam bersabda, 
"Allah Subhannahu wa Ta"ala berfirman: "Wahai Anak Adam bersungguh-sungguhlah engkau beribadah kepada-Ku, maka Aku akan memenuhi dadamu dengan kecukupan dan Aku menanggung kefakiranmu. Jika engkau tidak melakukan itu maka Aku akan memenuhi dadamu dengan kesibukan dan Aku tidak menanggung kefakiranmu."

"...Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui."
(Al-Qur'an, Surah Al-Baqarah (2), ayat: 216)


Dan ingatlah, Rizqi Allaah itu tidak melulu uang! Dan uang bukan sesuatu yang paling berharga! Iman juga Rizqi, Hidayah_Rizki, Kesehatan, Kesempatan, Harapan, Kasih Sayang, Menyayangi Anak Yatim dan Orang miskin itupun Rizqi dari Allaah ta'aalaa..

Jadi alangkah naifnya bila kita yang tidak tahu masa depan kita, bahkan tidak tahu kapan kematian kita_berani menentukan Rizqi yang akan kita peroleh berdasarkan hari-hari yang telah kita lalui.

Ingatlah, kita hanya bisa berharap dengan kesempatan hidup yang telah diberikan pada kita, dengan bekerja sungguh-sungguh sebagai ungkapan terimakasih kita pada Allaah ta'aalaa, yang menandakan kita menghargai diri kita_memiliki harga diri! 

Orang yang mampu berterimakasih maka ia mampu menghargai dirinya sendiri! 
Dan Orang yang menghargai dirinya sendiri akan senantiasa memuji TuhanNya dan sibuk dengan perbaikan dirinya di hadapan Tuhan-nya, sehingga ia selalu bersemangat untuk terus mengembangkan potensi dirinya, ia selalu bersemangat memperbaiki dirinya. Dan ia tidak meletakkan hasil pada pekerjaannya, tidak menuntut hasil atas semua perbuatan hebatnya...karena hanya pada Allaah ta'aalaa dia berharap. Bukan pada pekerjaannya!


Bersambung ke Motivasi Sukses Sepanjang Masa (3)
--------------------------------------

With Love
-Kaan Kahfi-

Silahkan jalan-jalan ke Tulisan Kaan Kahfi lainnya. Atas kunjungannya saya haturkan banyak terimakasih.

Thursday, February 14, 2013

Motivasi Sukses Sepanjang Masa


Semua orang dalam memulai sesuatu, baik itu usaha, bisnis, tugas dan lain sebagainya, tentu berharap apa yang sedang dilakukannya itu berjalan lancar, berhasil malah menguntungkan. Sukses!
Dalam bisnis misalnya, kita mungkin pernah atau sering mendengar peryataan-pernyataan berikut ini:
  • "Kalau mau usaha yang paling penting punya modal!"
  • "Dalam bisnis yang penting tau pasar!"
  • "....yang penting punya ilmunya!
  • "Yang terpenting itu menumbuhkan banyak pelanggan & merawatnya!
sampai "...yang penting jujur!""...yang penting sehat!""...yang penting semangat!",
pantang menyerah, disiplin, dsb...dll....

Semua pernyataan itu benar. 


"Yahh...terus gimana dong bang?!"

"Sabar yah say!...
Di tulisan kali ini...saya minta kesabaran pembaca sekalian, sedikit aja, buat ngikutin cerita-cerita dibawah ini...."
Kisah-Kisah berikut diceritakan dari kejadian sesungguhnya...Base On True Story alias benar-benar terjadi!

1. Tukang Ketupat Sayur yang jadi Jutawan.
Dahulu, di awal tahun 2000 masehi, waktu saya masih jualan (nyervis hape) di pinggir jalan, dengan satu etalase di teras sebuah minimarket, dengan penghasilan yang pas-pas-an, makanan andalan saya adalah ketupat sayur. Dari sekian banyak nominasi, Ketupat Sayur memenangkan kompetisi karena dengan ketupat sepiring, ples sayur nangka, ples sambel, ples telor sepotong, ples kerupuk, dapet air minum teh tawar pula....semua itu ditukar dengan lembaran kertas, dalam kurung uang, seharga...cuman tiga rebu rupiah

Pak Yanto, penjual ketupat sayur langganan saya, sekitar jam sembilan malam, biasa sudah mulai menyandarkan gerobaknya di depan toko alat-alat listrik yang tutup sore setiap hari. Toko itu tak jauh dari minimarket yang terasnya saya sewa per bulan itu.

Ada sekitar satu tahun saya jualan disana. Yah kebayang kan pemirsa...hari-hari beli...pasti kami jadi akrab. Setahun kemudian saya sewa kios kecil dan mulai nyicil motor. Saat itu pak Yanto bercerita pada saya ingin menyekolahkan anak bungsunya di pesantren besar di daerah Parung, dengan alasan di Pesantren itu bebas biaya (gratis). Beliau minta tolong kami untuk mengantarkannya. Yah begitulah...sempet boncengin dia juga ke sana. Kisah kenangan itu terjadi diawal-awal tahun saya pindah ke kios tersebut.

Dua tahun kemudian saya pindah ke tempat yang lebih besar, ruko yang ada lahan parkirnya. Karena saya perlu tempat parkir untuk pelanggan-pelanggan saya. Demi waktu - demi waktu, saking sibuknya, dan dapurpun sudah mulai aktif...alias sudah bisa masak sendiri. Kami terkejut, kami terhenyak (lebay), saya dan karyawan-karyawan saya tiba-tiba teringat..."Eh iya, kita dulu suka makan lontong sayur pak Yanto, kemana yah pak Yanto? Masih jualan ga yah dia?"

Singkat cerita..... 

Sepintas saya lihat sebuah mobil tipe SUV markir di depan toko, supirnya masih didalam mobil...clingak-clinguk ke arah toko. Pintu belakangnya terbuka dan turun seseorang mengarah ke toko. Selanjutnya saya tidak memperhatikan lagi karena kembali nyervis. Sambil nyervis saya dengar pembicaraan orang itu dengan karyawan saya.

"Mas, Camera digital saya ini cepet sekali habis batrenya, apa saya harus ganti batre? Atau mungkin apa ada masalah di Cameranya?"

"Sebentar yah pak, kita cek dulu." Jawab karyawan saya.

Setelah di periksa, ternyata batrenya saja yang sudah rusak. Pas saya mau ngejelasin ke orang itu...

"Lho...Pak Yanto!!!, Waduuh...keren banget sekarang pak!" 


Gimana ga keren pemirsa, Camera-nya aja Camera mahal, yang nempel dibadannya saja sudah puluhan juta...Jaketnya kulit asli, kemeja...celana...sepatu...semua branded, belum lagi mobil dengan supirnya. (Kebetulan penulis tau betul barang-barang bagus. Wekk!!!)

Dengan enteng dia menjawab: "Yah sudah terlanjur kaya mas Kaan."
"Hahaha...Terlanjur kaya" Kami semua tertawa.
Selanjutnya kami duduk-duduk mendengarkan pak Yanto menceritakan perjalanan "kaya" nya.


Tuturnya, anak gadisnya yang paling tua, yang baru lulus kuliah, saling jatuh cinta dengan pemuda Jepang. Kemudian Pemuda itu melamarnya dengan mahar Sembilan Milyar Rupiah. Karena pak Yanto takut anaknya terpisah jauh, "Seperti di-beli!" katanya, beliau menolak uang tersebut. Dan alasan itu dia utarakan juga pada pemuda Jepang tersebut. Tapi karena pemuda Jepang itu tak ingin mertuanya "susah". Akhirnya pak Yanto dibangunkan sebuah rumah mewah dua lantai, ples garasi, ples mobil, ples supirnya. Rumah mewah yang full AC, ada line telpon tetap + TV Satelit, dengan kamar mandi yang ada sauna-nya, ples perabotan rumah tangga yang mewah, ples bunga-bunga di pekarangan rumah...pokoknya standarnya orang sono dah.

Dan untuk membiayai operasional bulanan rumah mewah itu, Pak Yanto juga dibuatkan kontrakan bagus Sebelas Pintu! 11 Rumah!!! 
Bukan kontrakan tipe kandang ayam yang ga ada udara lewat karna ga ada pintu belakangnya yah, yang dapurnya pengap terus kalau gas bocor meledak! Bukan!!! 
Atau Bukan kontrakan yang jemur baju + kancut di teras! Selokan seadanya! Ga ada tempat sampah utama! Tembok retak-retak! Atap bocor! Banyak Tikus! Dan kedengeran / tembus suara tetangga ngorok atau nonton sinetron! Bukan! Bukan yang begitu!!

"Lho, kok jadi ngomel-ngomel mas!?"

"Et, iya yah! Kita kembali..."

Pokoknya kontrakan itu dibangun dengan standar kemanusiaan ala masyarakat beradab negri maju lah!

Dan dia juga bercerita, selama empat tahun kami tidak bertemu itu, dia sudah empat kali bolak-balik Jakarta-Tokyo! (Wow...Koprol)

"Saya sekarang tinggal mencoba jadi orang baik dan bersyukur aja mas," Ujarnya. (Beliau saat ini rajin mengikuti Pengajian, beliau juga donatur/penyumbang tetap di beberapa rumah yatim-piatu.)

2. Kisah penjaga toko dengan gaji Rp.5000/hari.
Salah seorang murid saya di Kelas Pelatihan Teknisi Ponsel yang saya buka, Pak Toto namanya....beliau adalah guru di salah satu SMP Internasional. Pak Toto mengangkat seorang karyawan untuk menjaga kios ponsel-nya selama dia mengajar. Seorang anak remaja yang rajin dan mau prihatin... "Yang penting saya bekerja" katanya. 
Tokonya terbilang belum ramai karena baru buka. 
Setiap uang hasil penjualan disimpan dalam kaleng bekas biskuit.
Pak Toto memberi kepercayaan penuh pada anak jujur itu. 
"Nanti, kalau mau pulang, ambil uang dari kaleng seperlu kamu yah." Begitu perintah pak Toto setiap hari pada anak itu.
Dan taukah pemirsa? Anak itu hanya mengambil Lima Ribu Rupiah! Setiiiap harinya! Luar Biasa!

Suatu hari, setelah sebulan anak tersebut bekerja, dia di-titip amanah oleh baba haji pemilik tanah kosong di seberang kios pak Toto tersebut.

"Tong, ini gua nitip tanah ama lu, kali-kali ada yang mau nawar tanah gua. Dari gua lima ratus rebu per meter, terserah lu mau nawarin berapa tong, gua redo."

"Iya Beh."


Karena rajin anak itu membuat papan iklan sederhana DIJUAL, dan ditambahkan nomor telponnya disana.

Tak sampai seminggu, tanah seluas dua ratus meter persegi itu dibeli orang yang baru kegusuran! Dan tanpa ditawar!

"Berapa semeter?"

"Enam ratus rebu pak."

"Ya udah saya beli, ada nomor rekening ga? Saya transfer yah uangnya sekarang!

Ke rekening bos nya (Pak Toto) uang tersebut ditransfer. Setelah itu dibagi-bagi...Seratus Juta buat baba haji, Dua Puluh Juta buat anak jujur itu. Tanpa ribut, tanpa ada yang iri lalu minta jatah, dan tanpa pamrih-pamrih lainnya. Semuanya tulus.

3. Kisah teman dengan hutang Rp.350.000.000,- nya!
Teman saya...Mang Ebi, dulunya adalah distributor besar aksesoris ponsel. Setelah lima tahun menghilang, kabarnya menjadi distributor utama aksesoris ponsel di daerah. 
Tiba-tiba nongol di toko saya...dan jadi rutin datang ke toko saya. Datang pagi-pagi buta, pulang setelah malam pekat....setiap hari begitu. 
Setelah hampir seminggu berlalu dia baru bercerita bahwa dirinya sedang buron! Usahanya di daerah diambil orang lain...singkatnya: Rekan bisnisnya yang biasa berdua dengannya menjadi "motor" usaha, tiba-tiba mengajak orang lain masuk. Memang orang baru itu terbilang banyak uang, tapi alasan utama rekannya ternyata bukanlah itu...tetapi...karena mereka saling suka...saling jatuh cinta....sesama jenis...alias homo. Mang Ebi akhirnya keluar. Bukan karena jijik, tapi karena sudah mulai terusik cara dan gaya-nya menjalankan laju perdagangan yang sedang kencang-kencangnya itu, oleh kehadiran "pacar" rekannya itu.
Singkat cerita...usaha itu setelah ditinggalkan mang Ebi, karena asik urusan "suka"...akhirnya bangkrut hanya dalam waktu sekian bulan! Tapi yang anehnya...mereka membebani kerugian sebesar Tiga Ratus Lima Puluh Juta Rupiah pada mang Ebi. Mulai dari tagihan-tagihan pembayaran barang, sampai hutang ke bank sekitar Dua Ratusan Juta Rupiah.
Dan lebih aneh lagi mang Ebi memilih "kabur" ke tempat saya. 

Setelah berjalan beberapa minggu...

yah begitulah...dia menjadi - seperti - seolah-olah karyawan di toko saya. 
Kadang dia melayani pembeli sebisa nya dia. Yang menurut saya...luar biasa cara dia melayani dan "merayu" pelanggan. Dia bisa membuat semua pelanggan pulang tersenyum...karena motonya...mau bagaimanapun kondisi datangnya pembeli atau pelanggan, pokoknya keluar dari toko ini harus tersenyum! 
Hebat!

Setelah sebulan, pas pada saat kelas pelatihan teknisi ponsel gelombang selanjutnya berjalan, dia bilang pada saya: 

"Kaan, boleh ga saya ikut belajar."

"Serius mang Ebi, mang Ebi tangannya tangan distributor lho, bukan tangan tukang, apa ga salah mau turun pangkat jadi tukang servis?"

"Serius Kaan, mudah-mudahan ini jalan saya!"


Setelah beberapa bulan kursus, dia menjadi murid terpintar saya dari yang pernah ada. Semua materi diserap habis. Tak banyak tanya, di kelas dia hanya sering berkata: "Oooh" dan "Oooh" Seolah terjawab apa yang menjadi pertanyaannya selama ini. 

Tak heran memang, karena selama ini posisinya hanya memerintah, melihat atau me-manage teknisi-teknisi ponsel yang bekerja di tempatnya. Jadi apa yang dilihatnya di kelas bukanlah hal asing, ditambah lagi dengan teori & latihan...jadilah..."Oooh." Tapi yang mengherankan...setiap latihan, selalu yang dia tanyakan saya: 

"...yang paling sulit itu apa Kaan?" 

Di setiap materi latihan! 
Dan itu langsung dia latih dengan keras, ngotot & penasaran!


Setelah mantap merasa bisa, akhirnya dia pamit untuk bekerja di kampung istrinya sebagai teknisi ponsel. Pertimbangannya...dikampung istrinya itu belum banyak saingan. Setelah bekerja beberapa bulan, karena pembagian hasil tidak adil, akhirnya dia keluar.

Tak menyerah!

Dengan modal nekat, pinjam kiri-kanan, dia buka kios Servis Ponsel seadanya. 
Kios selebar dua meter kali satu setengah meter berdiri dengan dinding & pintu papan kayu model warteg.....di perempatan jalan yang sepi tak ada bangunan apapun...juga dengan biaya sewa tanah yang murah sekali. 

Saat saya diundang ke kios barunya itu, saya tanya: 

"Mang Ebi, apa alasannya buka di tengah hutan begini?"

"Saya denger katanya di seberang nanti mau di bangun minimarket besar Kaan, lagi pula dimana-mana perapatan setau saya mah rame aja." Jawabnya yakin.


Enam bulan kemudian saya datang lagi, benar saja...sudah ada minimarket besar di perempatan itu, sudah ada beberapa warung makanan dan pangkalan ojek. Dan kios-nya mang Ebi sudah berubah dari kayu menjadi tembok dengan roling door nya. 

Setahun kemudian saya datang lagi, kali ini kiosnya sudah berubah menjadi toko, empat kali lebih besar dari awalnya. Dan yang lebih hebat...sudah punya sendiri! Tanahnya sudah dia bayarin!
Dan masih ada yang lebih hebat lagi...karena dia pertama buka disitu, dia jadi akrab dengan orang-orang disitu, mulai dari warga sampai pejabat-pejabat sekelas lurah, camat, polisi, tentara, dll, dsb...dia mulai bangkit Percaya Dirinya. Lalu dipanggilnya orang-orang yang mencarinya, penagih "hutang", yang sudah bertambah menjadi belasan orang. Di cicil satu per satu sampai akhirnya lunas semua? Belum!  Belum lunas semua! Masih ada satu yang besar, yaitu pada bank sekitar dua ratusan juta. 
Tapi akhirnya selesai dengan cara yang aneh!

Ada benang merah dari ketiga kisah diatas. Yaitu....Bekerja! 
yah..Kerjakan Saja!

Pertanyaannya, apa yang me-motifasi mereka untuk bekerja!
  • Kesulitan Hidup kah?
  • Mengisi waktu kah?
  • atau Hutang kah?
Bisa jadi seperti itu, tapi ada ruh dari keadaan-keadaan itu. Ruh yang me-motivasi mereka untuk terus bekerja, untuk bangkit, untuk yakin mereka bisa berhasil! Ruh itu yakni Harga Diri! Menghargai Diri Sendiri yang sesungguhnya! 
Sampai mereka tidak mau menyerah! 
Tidak memilih untuk bermalas-malasan!
Bahkan tidak mau mengemis me-lara-duka!

Karena tidak mungkin orang yang gampang menyerah (baca lemah), mau bangkit saat badai menerpa dirinya yang tengah sekarat!

Karena tidak mungkin orang yang malas, yang pasti santai dan boros, bisa bertahan dalam keprihatin nan perih!

Karena tidak mungkin orang yang bermental pengemis, yang tak mau bersusah-susah...dapat menghargai hal-hal kecil semisal uang receh, apalagi janji yang memang tak terlihat!

Harga Diri yang Sejati hanya dimiliki oleh orang-orang yang memang di didik oleh orang-tua nya tentang Harga Diri! Tak bisa dimiliki dengan serta merta! Dengan spontan? Tidak Bisa!
Lalu lihat-lah santun-laku, cara bicara, cara berpakaian, cara pikir, cara tindak anak-anak kita?
  • Apakah kita hanya mengajarkan...memberikan apa yang mereka minta! (Memanjakan!)
  • Sadarkan kita telah mengajarkan anak kita bicara teriak-teriak! Makan minum sambil berdiri! Melengos bak sapi di depan orang tua dan guru! (Pembinatangan!)
  • Sadarkah kita telah mendidik anak kita untuk tak bertanggung-jawab...dengan hanya memberi pujian, apresiasi atau aplause pada jabatan tinggi, mempunyai sesuatu yang mahal  atau mendapatkan uang yang banyak tanpa menghiraukan prosesnya! Seolah-olah hasil-lah yang utama! Proses tidak penting! (Budaya Instan!)
  • Atau kita ikut andil membuat generasi monster dengan memberikan makan anak-anak kita dari uang hasil catut, merubah nota (mark-up), kadalin orang, menipu, sampai mencuri! (Alienisasi)
Tengoklah!....Anak di pelihara oleh pembantu! Ibunya kemana! Bekerja! Tak ada Pengorbanankah untuk membesarkan anaknya! Menimang anaknya  pun..yang jelas-jelas timangan itu mencerdaskan & menguatkan empati si anak...diserahkan pada Pembantu yang mengharapkan gaji!
Ga nyambung boss!!

Masa lantaran alasan takut melahirkan, apalagi takut masalah "kerapatan", lalu anak direncanakan lahir Cesar? Taukah dia bahwa tak usahlah prosesnya bahkan pilihannya untuk melahirkan dengan cara bedah cesar itu akan menjadikan anaknya rentan terhadap penyakit!

Lalu susu-nya, masa super imun yang bernama ATI (Air Tetek Ibu) karena alasan tak jelas diganti susu kaleng!

Lalu bagaimana ketidakperdulian kita itu bisa menghasilkan penerus yang berharga-diri?
Jangan Mimpi!

Lalu siapa penggerak Ruh Harga diri tersebut!

Tak lain tak bukan jawabannya adalah ALLAAH!

Kita teruskan ketiga cerita diatas...
Saya sempatkan bersilaturahmi ke rumah pak Yanto yang baru itu. Setelah lama ngobrol ini itu saya tanyakan padanya.

"Menurut bapak, kalau di inget-inget, kira-kira amalan apa yang pernah bapak lakukan, yang membuat bapak seperti ini?"

"Kalau saya inget-inget, waktu saya jualan dulu, saya sering sekali shalat dua rakaat sebelum subuh mas. Itupun kepaksa, karena saya ga bisa tidur dirumah...karena rumah kontrakan waktu itu super kecil...buat saya, istri dan anak-anak aja udah ga muat mas, belom kalo dateng keluarga dari kampung nginep...akhirnya saya tidur di Musholla. 
Ga enak numpang tidur tiap hari...yah saya sebelum subuh udah bangun, terus shalat sunnah dua rakaat. Terus saya sempet denger ceramah di Musholla itu “Shalat Sunnah dua rakaat sebelum subuh lebih baik daripada dunia dan seluruh isinya!" Sejak itu saya ga pernah ninggalin shalat itu....itu kalau seinget-inget saya mas....tapii yaah..semuanya dari Allaah mas."

Tentang anak jujur itu, pak Toto pernah cerita pada saya...

"Emang pantes banget tuh anak dapet rejeki nomplok mas Kaan, soalnya orangnya sayang banget sama keluarganya, sama tetanga-tetangganya_apalagi sama ibunya_sayang bangeeet. Segitu aja kemaren dia ga lupa tuh nraktir tetangga-tetangganya, malah sampe nyumbang ke Musholla di situ juga. Anaknya tuh ringan tangan banget...seneng bantuin orang, kaga pernah ngeluh. Apalagi kata minta..kaga pernah dia mah! Emang orang tuanya waktu ngebesarinnya juga ngutamain agama banget sih mas, makanya akhlak tuh anak cakep banget!"

Lalu kisah mang Ebi, tentang bagaimana hutangnya di Bank bisa selesai dengan cara aneh?!

Mang Ebi pernah bilang pada saya, "Saya malu banget sama Allaah, Dia selalu bantu saya, tapi saya masih begini aja!"

Sambil menjalankan usaha barunya, mang Ebi tak pernah meninggalkan shalat, malah mang Ebi mulai membaca buku-buku Islam. Suatu hari dia membaca buku tentang sedekah, dia sangat tertarik setelah tau bahwa Allaah membalas sedekah seorang hamba itu 10 X sampai 700 X lipat. Lalu dia penasaran, dan dia praktekkan!

Jadilah mang Ebi mulai rajin sedekah.

Suatu saat mang Ebi dijemput orang-orang bank. Dia diminta untuk datang ke bank dan membuat surat pernyataan. Mereka pun kini tak berani memandang sebelah mata pada mang Ebi, dia dijemput seperti aparat menjemput koruptor, manusiawi dan penuh santun. Tak seperti menangkap copet atau maling ayam yang kasar dan jauh dari prikemanusiaan.

Mang Ebi memang seperti "menantang" pihak bank. Awalnya dia telpon pihak bank yang mencari-carinya itu, pertama sempat kasar juga bicaranya pihak bank, tapi mang Ebi tak terpancing, dia malah mengundang mereka untuk datang ke tokonya yang baru itu.

Saat pihak bank datang...model-model jagoan geto...sekitar enam orang, kebetulan di toko mang Ebi ada Pak Kapolsek, Pak Camat dan Kepala Koramil sedang membahas acara bakti sosial bersama mang Ebi.

"Otomastis jadi pada sopan semua tuh tampang-tampang sangar.
Padahal "kepala-kepala" itu tidak sedang berpakaian seragam lho!
Tajem juga yah penciuman mereka!
Tapi...kenapa sama orang kecil ga bisa otomatis sopan yah?
Iya..yah...
Jadi bingung." (Merenung Mode On)

Dengan santai mang Ebi berkata pada mereka:

"Abang-abang liat....ini toko saya, saya mulai dari nol,
biar abang-abang tau kalo saya bener-bener pengusaha! 
Bukan Penipu! 
Coba cek di bank...
pernah ga saya telat pembayaran bulanan pinjaman toko dulu? 
Abang-abang periksa dah! 
Terus kenapa saya keluar dari toko...
ujuk-ujuk saya yang nanggung semua utang toko itu! 
Nih yah bang!! Sekedar abang-abang tau jiwa saya nih...
Saya mah takut banget mati bawa utang! 
Biarinlah disini saya tau-tau jadi buronan abang-abang! 
Tapi kalau saya ga bisa bayar, 
biar abang-abang matiin saya juga..
tetep aja bank ga dapet duitnya! Ya kan?"


"Bener bang," jawab mereka.

"Nah, mangkannya saya pentingin usaha dulu,
saat saya udah bisa nyicil...
saya hubungilah bank kemarin!
Nomornya masih saya simpen koq!
Kalau saya niat nipu mah...
ngapain saya hubungi bank lagi! Ya ga?!


"Iya bang." jawab mereka lagi.

"Jadii...saya bukan kabur yah bang!
Maaf nih...tolong abang catet...saya ga kabur!
Tapi saya cari solusinya bagaimana."


Singkat cerita, berangkatlah mang Ebi ke bank bersama para debt-kolektor itu.
"Kita ke atas pak!" Kata mereka pada mang Ebi, sambil mengarahkan mang Ebi menuju tangga ke lantai dua. Saat menuju tangga, di tengah lobi bank, tiba-tiba ada seorang kakek-kakek bertongkat lewat, keadaannya payah sekali, seperti ke-cape-an, dan hampir terjatuh. Spontan mang Ebi_satu-satu nya orang saat itu yang memperhatikan si kakek yang hampir jatuh_menolong si kakek, menahannya agar tidak terjatuh, lalu memapah kakek itu dan mengantarkannya ke bangku terdekat. 

Tak lama kemudian berlarian para karyawan dan manajer bank itu...

"Ga apa-apa pak?" Tanya manajer bank pada kakek itu.
Manajer itu pun sempat melirik mang Ebi_mang Ebi dan manajer bank itu saling kenal, malah sempet akrab karena urusan kredit toko yang "sukses" dulu.

Tiba-tiba kakek itu bertanya:
"Kamu siapa nak?" Pada mang Ebi.
"Ini pak Ebi, yang kita bicarakan tadi pak" potong manajer bank pada kakek itu.
"Ohh...kamu tolong dia yah...Anak baik ini." Kata kakek itu pada manajer bank.
"Baik pak" jawab manajer itu dengan gugup.
Sempat terlihat juga oleh mang Ebi, kakek itu juga berbicara pelan sekali...seperti bisik-bisk pada manajer bank itu.

Saat pertemuan di atas, hanya tinggal mang Ebi dan manajer tadi. Para Penagih yang rencana mau ikut "membicarakan" entah hilang kemana. Pelayanan pun jadi Plus...karna ada pegawai bank yang mengantarkan minum segala...untuk mang Ebi.

Manajer bank itupun tampak sibuk mengurus surat-surat ini itu. Dia lebih terlihat seperti orang yang sedang dapat tugas mendadak daripada terlihat seperti orang yang tengah menunggu kedatangan "buronan"nya.
Belum habis kebingungan mang Ebi, manajer itu berkata:

"Pak Ebi, silahkan tanda-tangan disini, ini surat pemutihan utang pak Ebi. Tadi bapak pesan begitu."

"Lho bapak yang mana?"


"Itu yang tadi mang Ebi tolongin."


"Kakek-kakek barusan?!"


"Iya..."


"Emang kakek itu siapa?"


"Dia yang punya bank ini."


"MasyaAllaah...Alhamdulillaah, Alhamdulillaah, Alhamdulillaah."



Bersambung ke Motivasi Sukses Sepanjang Masa (2)
--------------------------------------

With Love
-Kaan Kahfi-

Silahkan jalan-jalan ke Tulisan Kaan Kahfi lainnya. Atas kunjungannya saya haturkan banyak terimakasih.

Motivasi Sukses Sepanjang Masa


Semua orang dalam memulai sesuatu, baik itu usaha, bisnis, tugas dan lain sebagainya, tentu berharap apa yang sedang dilakukannya itu berjalan lancar, berhasil malah menguntungkan. Sukses!
Dalam bisnis misalnya, kita mungkin pernah atau sering mendengar peryataan-pernyataan berikut ini:
  • "Kalau mau usaha yang paling penting punya modal!"
  • "Dalam bisnis yang penting tau pasar!"
  • "....yang penting punya ilmunya!
  • "Yang terpenting itu menumbuhkan banyak pelanggan & merawatnya!
sampai "...yang penting jujur!""...yang penting sehat!""...yang penting semangat!",
pantang menyerah, disiplin, dsb...dll....

Semua pernyataan itu benar. 


"Yahh...terus gimana dong bang?!"

"Sabar yah say!...
Di tulisan kali ini...saya minta kesabaran pembaca sekalian, sedikit aja, buat ngikutin cerita-cerita dibawah ini...."
Kisah-Kisah berikut diceritakan dari kejadian sesungguhnya...Base On True Story alias benar-benar terjadi!

1. Tukang Ketupat Sayur yang jadi Jutawan.
Dahulu, di awal tahun 2000 masehi, waktu saya masih jualan (nyervis hape) di pinggir jalan, dengan satu etalase di teras sebuah minimarket, dengan penghasilan yang pas-pas-an, makanan andalan saya adalah ketupat sayur. Dari sekian banyak nominasi, Ketupat Sayur memenangkan kompetisi karena dengan ketupat sepiring, ples sayur nangka, ples sambel, ples telor sepotong, ples kerupuk, dapet air minum teh tawar pula....semua itu ditukar dengan lembaran kertas, dalam kurung uang, seharga...cuman tiga rebu rupiah

Pak Yanto, penjual ketupat sayur langganan saya, sekitar jam sembilan malam, biasa sudah mulai menyandarkan gerobaknya di depan toko alat-alat listrik yang tutup sore setiap hari. Toko itu tak jauh dari minimarket yang terasnya saya sewa per bulan itu.

Ada sekitar satu tahun saya jualan disana. Yah kebayang kan pemirsa...hari-hari beli...pasti kami jadi akrab. Setahun kemudian saya sewa kios kecil dan mulai nyicil motor. Saat itu pak Yanto bercerita pada saya ingin menyekolahkan anak bungsunya di pesantren besar di daerah Parung, dengan alasan di Pesantren itu bebas biaya (gratis). Beliau minta tolong kami untuk mengantarkannya. Yah begitulah...sempet boncengin dia juga ke sana. Kisah kenangan itu terjadi diawal-awal tahun saya pindah ke kios tersebut.

Dua tahun kemudian saya pindah ke tempat yang lebih besar, ruko yang ada lahan parkirnya. Karena saya perlu tempat parkir untuk pelanggan-pelanggan saya. Demi waktu - demi waktu, saking sibuknya, dan dapurpun sudah mulai aktif...alias sudah bisa masak sendiri. Kami terkejut, kami terhenyak (lebay), saya dan karyawan-karyawan saya tiba-tiba teringat..."Eh iya, kita dulu suka makan lontong sayur pak Yanto, kemana yah pak Yanto? Masih jualan ga yah dia?"

Singkat cerita..... 

Sepintas saya lihat sebuah mobil tipe SUV markir di depan toko, supirnya masih didalam mobil...clingak-clinguk ke arah toko. Pintu belakangnya terbuka dan turun seseorang mengarah ke toko. Selanjutnya saya tidak memperhatikan lagi karena kembali nyervis. Sambil nyervis saya dengar pembicaraan orang itu dengan karyawan saya.

"Mas, Camera digital saya ini cepet sekali habis batrenya, apa saya harus ganti batre? Atau mungkin apa ada masalah di Cameranya?"

"Sebentar yah pak, kita cek dulu." Jawab karyawan saya.

Setelah di periksa, ternyata batrenya saja yang sudah rusak. Pas saya mau ngejelasin ke orang itu...

"Lho...Pak Yanto!!!, Waduuh...keren banget sekarang pak!" 


Gimana ga keren pemirsa, Camera-nya aja Camera mahal, yang nempel dibadannya saja sudah puluhan juta...Jaketnya kulit asli, kemeja...celana...sepatu...semua branded, belum lagi mobil dengan supirnya. (Kebetulan penulis tau betul barang-barang bagus. Wekk!!!)

Dengan enteng dia menjawab: "Yah sudah terlanjur kaya mas Kaan."
"Hahaha...Terlanjur kaya" Kami semua tertawa.
Selanjutnya kami duduk-duduk mendengarkan pak Yanto menceritakan perjalanan "kaya" nya.


Tuturnya, anak gadisnya yang paling tua, yang baru lulus kuliah, saling jatuh cinta dengan pemuda Jepang. Kemudian Pemuda itu melamarnya dengan mahar Sembilan Milyar Rupiah. Karena pak Yanto takut anaknya terpisah jauh, "Seperti di-beli!" katanya, beliau menolak uang tersebut. Dan alasan itu dia utarakan juga pada pemuda Jepang tersebut. Tapi karena pemuda Jepang itu tak ingin mertuanya "susah". Akhirnya pak Yanto dibangunkan sebuah rumah mewah dua lantai, ples garasi, ples mobil, ples supirnya. Rumah mewah yang full AC, ada line telpon tetap + TV Satelit, dengan kamar mandi yang ada sauna-nya, ples perabotan rumah tangga yang mewah, ples bunga-bunga di pekarangan rumah...pokoknya standarnya orang sono dah.

Dan untuk membiayai operasional bulanan rumah mewah itu, Pak Yanto juga dibuatkan kontrakan bagus Sebelas Pintu! 11 Rumah!!! 
Bukan kontrakan tipe kandang ayam yang ga ada udara lewat karna ga ada pintu belakangnya yah, yang dapurnya pengap terus kalau gas bocor meledak! Bukan!!! 
Atau Bukan kontrakan yang jemur baju + kancut di teras! Selokan seadanya! Ga ada tempat sampah utama! Tembok retak-retak! Atap bocor! Banyak Tikus! Dan kedengeran / tembus suara tetangga ngorok atau nonton sinetron! Bukan! Bukan yang begitu!!

"Lho, kok jadi ngomel-ngomel mas!?"

"Et, iya yah! Kita kembali..."

Pokoknya kontrakan itu dibangun dengan standar kemanusiaan ala masyarakat beradab negri maju lah!

Dan dia juga bercerita, selama empat tahun kami tidak bertemu itu, dia sudah empat kali bolak-balik Jakarta-Tokyo! (Wow...Koprol)

"Saya sekarang tinggal mencoba jadi orang baik dan bersyukur aja mas," Ujarnya. (Beliau saat ini rajin mengikuti Pengajian, beliau juga donatur/penyumbang tetap di beberapa rumah yatim-piatu.)

2. Kisah penjaga toko dengan gaji Rp.5000/hari.
Salah seorang murid saya di Kelas Pelatihan Teknisi Ponsel yang saya buka, Pak Toto namanya....beliau adalah guru di salah satu SMP Internasional. Pak Toto mengangkat seorang karyawan untuk menjaga kios ponsel-nya selama dia mengajar. Seorang anak remaja yang rajin dan mau prihatin... "Yang penting saya bekerja" katanya. 
Tokonya terbilang belum ramai karena baru buka. 
Setiap uang hasil penjualan disimpan dalam kaleng bekas biskuit.
Pak Toto memberi kepercayaan penuh pada anak jujur itu. 
"Nanti, kalau mau pulang, ambil uang dari kaleng seperlu kamu yah." Begitu perintah pak Toto setiap hari pada anak itu.
Dan taukah pemirsa? Anak itu hanya mengambil Lima Ribu Rupiah! Setiiiap harinya! Luar Biasa!

Suatu hari, setelah sebulan anak tersebut bekerja, dia di-titip amanah oleh baba haji pemilik tanah kosong di seberang kios pak Toto tersebut.

"Tong, ini gua nitip tanah ama lu, kali-kali ada yang mau nawar tanah gua. Dari gua lima ratus rebu per meter, terserah lu mau nawarin berapa tong, gua redo."

"Iya Beh."


Karena rajin anak itu membuat papan iklan sederhana DIJUAL, dan ditambahkan nomor telponnya disana.

Tak sampai seminggu, tanah seluas dua ratus meter persegi itu dibeli orang yang baru kegusuran! Dan tanpa ditawar!

"Berapa semeter?"

"Enam ratus rebu pak."

"Ya udah saya beli, ada nomor rekening ga? Saya transfer yah uangnya sekarang!

Ke rekening bos nya (Pak Toto) uang tersebut ditransfer. Setelah itu dibagi-bagi...Seratus Juta buat baba haji, Dua Puluh Juta buat anak jujur itu. Tanpa ribut, tanpa ada yang iri lalu minta jatah, dan tanpa pamrih-pamrih lainnya. Semuanya tulus.

3. Kisah teman dengan hutang Rp.350.000.000,- nya!
Teman saya...Mang Ebi, dulunya adalah distributor besar aksesoris ponsel. Setelah lima tahun menghilang, kabarnya menjadi distributor utama aksesoris ponsel di daerah. 
Tiba-tiba nongol di toko saya...dan jadi rutin datang ke toko saya. Datang pagi-pagi buta, pulang setelah malam pekat....setiap hari begitu. 
Setelah hampir seminggu berlalu dia baru bercerita bahwa dirinya sedang buron! Usahanya di daerah diambil orang lain...singkatnya: Rekan bisnisnya yang biasa berdua dengannya menjadi "motor" usaha, tiba-tiba mengajak orang lain masuk. Memang orang baru itu terbilang banyak uang, tapi alasan utama rekannya ternyata bukanlah itu...tetapi...karena mereka saling suka...saling jatuh cinta....sesama jenis...alias homo. Mang Ebi akhirnya keluar. Bukan karena jijik, tapi karena sudah mulai terusik cara dan gaya-nya menjalankan laju perdagangan yang sedang kencang-kencangnya itu, oleh kehadiran "pacar" rekannya itu.
Singkat cerita...usaha itu setelah ditinggalkan mang Ebi, karena asik urusan "suka"...akhirnya bangkrut hanya dalam waktu sekian bulan! Tapi yang anehnya...mereka membebani kerugian sebesar Tiga Ratus Lima Puluh Juta Rupiah pada mang Ebi. Mulai dari tagihan-tagihan pembayaran barang, sampai hutang ke bank sekitar Dua Ratusan Juta Rupiah.
Dan lebih aneh lagi mang Ebi memilih "kabur" ke tempat saya. 

Setelah berjalan beberapa minggu...

yah begitulah...dia menjadi - seperti - seolah-olah karyawan di toko saya. 
Kadang dia melayani pembeli sebisa nya dia. Yang menurut saya...luar biasa cara dia melayani dan "merayu" pelanggan. Dia bisa membuat semua pelanggan pulang tersenyum...karena motonya...mau bagaimanapun kondisi datangnya pembeli atau pelanggan, pokoknya keluar dari toko ini harus tersenyum! 
Hebat!

Setelah sebulan, pas pada saat kelas pelatihan teknisi ponsel gelombang selanjutnya berjalan, dia bilang pada saya: 

"Kaan, boleh ga saya ikut belajar."

"Serius mang Ebi, mang Ebi tangannya tangan distributor lho, bukan tangan tukang, apa ga salah mau turun pangkat jadi tukang servis?"

"Serius Kaan, mudah-mudahan ini jalan saya!"


Setelah beberapa bulan kursus, dia menjadi murid terpintar saya dari yang pernah ada. Semua materi diserap habis. Tak banyak tanya, di kelas dia hanya sering berkata: "Oooh" dan "Oooh" Seolah terjawab apa yang menjadi pertanyaannya selama ini. 

Tak heran memang, karena selama ini posisinya hanya memerintah, melihat atau me-manage teknisi-teknisi ponsel yang bekerja di tempatnya. Jadi apa yang dilihatnya di kelas bukanlah hal asing, ditambah lagi dengan teori & latihan...jadilah..."Oooh." Tapi yang mengherankan...setiap latihan, selalu yang dia tanyakan saya: 

"...yang paling sulit itu apa Kaan?" 

Di setiap materi latihan! 
Dan itu langsung dia latih dengan keras, ngotot & penasaran!


Setelah mantap merasa bisa, akhirnya dia pamit untuk bekerja di kampung istrinya sebagai teknisi ponsel. Pertimbangannya...dikampung istrinya itu belum banyak saingan. Setelah bekerja beberapa bulan, karena pembagian hasil tidak adil, akhirnya dia keluar.

Tak menyerah!

Dengan modal nekat, pinjam kiri-kanan, dia buka kios Servis Ponsel seadanya. 
Kios selebar dua meter kali satu setengah meter berdiri dengan dinding & pintu papan kayu model warteg.....di perempatan jalan yang sepi tak ada bangunan apapun...juga dengan biaya sewa tanah yang murah sekali. 

Saat saya diundang ke kios barunya itu, saya tanya: 

"Mang Ebi, apa alasannya buka di tengah hutan begini?"

"Saya denger katanya di seberang nanti mau di bangun minimarket besar Kaan, lagi pula dimana-mana perapatan setau saya mah rame aja." Jawabnya yakin.


Enam bulan kemudian saya datang lagi, benar saja...sudah ada minimarket besar di perempatan itu, sudah ada beberapa warung makanan dan pangkalan ojek. Dan kios-nya mang Ebi sudah berubah dari kayu menjadi tembok dengan roling door nya. 

Setahun kemudian saya datang lagi, kali ini kiosnya sudah berubah menjadi toko, empat kali lebih besar dari awalnya. Dan yang lebih hebat...sudah punya sendiri! Tanahnya sudah dia bayarin!
Dan masih ada yang lebih hebat lagi...karena dia pertama buka disitu, dia jadi akrab dengan orang-orang disitu, mulai dari warga sampai pejabat-pejabat sekelas lurah, camat, polisi, tentara, dll, dsb...dia mulai bangkit Percaya Dirinya. Lalu dipanggilnya orang-orang yang mencarinya, penagih "hutang", yang sudah bertambah menjadi belasan orang. Di cicil satu per satu sampai akhirnya lunas semua? Belum!  Belum lunas semua! Masih ada satu yang besar, yaitu pada bank sekitar dua ratusan juta. 
Tapi akhirnya selesai dengan cara yang aneh!

Ada benang merah dari ketiga kisah diatas. Yaitu....Bekerja! 
yah..Kerjakan Saja!

Pertanyaannya, apa yang me-motifasi mereka untuk bekerja!
  • Kesulitan Hidup kah?
  • Mengisi waktu kah?
  • atau Hutang kah?
Bisa jadi seperti itu, tapi ada ruh dari keadaan-keadaan itu. Ruh yang me-motivasi mereka untuk terus bekerja, untuk bangkit, untuk yakin mereka bisa berhasil! Ruh itu yakni Harga Diri! Menghargai Diri Sendiri yang sesungguhnya! 
Sampai mereka tidak mau menyerah! 
Tidak memilih untuk bermalas-malasan!
Bahkan tidak mau mengemis me-lara-duka!

Karena tidak mungkin orang yang gampang menyerah (baca lemah), mau bangkit saat badai menerpa dirinya yang tengah sekarat!

Karena tidak mungkin orang yang malas, yang pasti santai dan boros, bisa bertahan dalam keprihatin nan perih!

Karena tidak mungkin orang yang bermental pengemis, yang tak mau bersusah-susah...dapat menghargai hal-hal kecil semisal uang receh, apalagi janji yang memang tak terlihat!

Harga Diri yang Sejati hanya dimiliki oleh orang-orang yang memang di didik oleh orang-tua nya tentang Harga Diri! Tak bisa dimiliki dengan serta merta! Dengan spontan? Tidak Bisa!
Lalu lihat-lah santun-laku, cara bicara, cara berpakaian, cara pikir, cara tindak anak-anak kita?
  • Apakah kita hanya mengajarkan...memberikan apa yang mereka minta! (Memanjakan!)
  • Sadarkan kita telah mengajarkan anak kita bicara teriak-teriak! Makan minum sambil berdiri! Melengos bak sapi di depan orang tua dan guru! (Pembinatangan!)
  • Sadarkah kita telah mendidik anak kita untuk tak bertanggung-jawab...dengan hanya memberi pujian, apresiasi atau aplause pada jabatan tinggi, mempunyai sesuatu yang mahal  atau mendapatkan uang yang banyak tanpa menghiraukan prosesnya! Seolah-olah hasil-lah yang utama! Proses tidak penting! (Budaya Instan!)
  • Atau kita ikut andil membuat generasi monster dengan memberikan makan anak-anak kita dari uang hasil catut, merubah nota (mark-up), kadalin orang, menipu, sampai mencuri! (Alienisasi)
Tengoklah!....Anak di pelihara oleh pembantu! Ibunya kemana! Bekerja! Tak ada Pengorbanankah untuk membesarkan anaknya! Menimang anaknya  pun..yang jelas-jelas timangan itu mencerdaskan & menguatkan empati si anak...diserahkan pada Pembantu yang mengharapkan gaji!
Ga nyambung boss!!

Masa lantaran alasan takut melahirkan, apalagi takut masalah "kerapatan", lalu anak direncanakan lahir Cesar? Taukah dia bahwa tak usahlah prosesnya bahkan pilihannya untuk melahirkan dengan cara bedah cesar itu akan menjadikan anaknya rentan terhadap penyakit!

Lalu susu-nya, masa super imun yang bernama ATI (Air Tetek Ibu) karena alasan tak jelas diganti susu kaleng!

Lalu bagaimana ketidakperdulian kita itu bisa menghasilkan penerus yang berharga-diri?
Jangan Mimpi!

Lalu siapa penggerak Ruh Harga diri tersebut!

Tak lain tak bukan jawabannya adalah ALLAAH!

Kita teruskan ketiga cerita diatas...
Saya sempatkan bersilaturahmi ke rumah pak Yanto yang baru itu. Setelah lama ngobrol ini itu saya tanyakan padanya.

"Menurut bapak, kalau di inget-inget, kira-kira amalan apa yang pernah bapak lakukan, yang membuat bapak seperti ini?"

"Kalau saya inget-inget, waktu saya jualan dulu, saya sering sekali shalat dua rakaat sebelum subuh mas. Itupun kepaksa, karena saya ga bisa tidur dirumah...karena rumah kontrakan waktu itu super kecil...buat saya, istri dan anak-anak aja udah ga muat mas, belom kalo dateng keluarga dari kampung nginep...akhirnya saya tidur di Musholla. 
Ga enak numpang tidur tiap hari...yah saya sebelum subuh udah bangun, terus shalat sunnah dua rakaat. Terus saya sempet denger ceramah di Musholla itu “Shalat Sunnah dua rakaat sebelum subuh lebih baik daripada dunia dan seluruh isinya!" Sejak itu saya ga pernah ninggalin shalat itu....itu kalau seinget-inget saya mas....tapii yaah..semuanya dari Allaah mas."

Tentang anak jujur itu, pak Toto pernah cerita pada saya...

"Emang pantes banget tuh anak dapet rejeki nomplok mas Kaan, soalnya orangnya sayang banget sama keluarganya, sama tetanga-tetangganya_apalagi sama ibunya_sayang bangeeet. Segitu aja kemaren dia ga lupa tuh nraktir tetangga-tetangganya, malah sampe nyumbang ke Musholla di situ juga. Anaknya tuh ringan tangan banget...seneng bantuin orang, kaga pernah ngeluh. Apalagi kata minta..kaga pernah dia mah! Emang orang tuanya waktu ngebesarinnya juga ngutamain agama banget sih mas, makanya akhlak tuh anak cakep banget!"

Lalu kisah mang Ebi, tentang bagaimana hutangnya di Bank bisa selesai dengan cara aneh?!

Mang Ebi pernah bilang pada saya, "Saya malu banget sama Allaah, Dia selalu bantu saya, tapi saya masih begini aja!"

Sambil menjalankan usaha barunya, mang Ebi tak pernah meninggalkan shalat, malah mang Ebi mulai membaca buku-buku Islam. Suatu hari dia membaca buku tentang sedekah, dia sangat tertarik setelah tau bahwa Allaah membalas sedekah seorang hamba itu 10 X sampai 700 X lipat. Lalu dia penasaran, dan dia praktekkan!

Jadilah mang Ebi mulai rajin sedekah.

Suatu saat mang Ebi dijemput orang-orang bank. Dia diminta untuk datang ke bank dan membuat surat pernyataan. Mereka pun kini tak berani memandang sebelah mata pada mang Ebi, dia dijemput seperti aparat menjemput koruptor, manusiawi dan penuh santun. Tak seperti menangkap copet atau maling ayam yang kasar dan jauh dari prikemanusiaan.

Mang Ebi memang seperti "menantang" pihak bank. Awalnya dia telpon pihak bank yang mencari-carinya itu, pertama sempat kasar juga bicaranya pihak bank, tapi mang Ebi tak terpancing, dia malah mengundang mereka untuk datang ke tokonya yang baru itu.

Saat pihak bank datang...model-model jagoan geto...sekitar enam orang, kebetulan di toko mang Ebi ada Pak Kapolsek, Pak Camat dan Kepala Koramil sedang membahas acara bakti sosial bersama mang Ebi.

"Otomastis jadi pada sopan semua tuh tampang-tampang sangar.
Padahal "kepala-kepala" itu tidak sedang berpakaian seragam lho!
Tajem juga yah penciuman mereka!
Tapi...kenapa sama orang kecil ga bisa otomatis sopan yah?
Iya..yah...
Jadi bingung." (Merenung Mode On)

Dengan santai mang Ebi berkata pada mereka:

"Abang-abang liat....ini toko saya, saya mulai dari nol,
biar abang-abang tau kalo saya bener-bener pengusaha! 
Bukan Penipu! 
Coba cek di bank...
pernah ga saya telat pembayaran bulanan pinjaman toko dulu? 
Abang-abang periksa dah! 
Terus kenapa saya keluar dari toko...
ujuk-ujuk saya yang nanggung semua utang toko itu! 
Nih yah bang!! Sekedar abang-abang tau jiwa saya nih...
Saya mah takut banget mati bawa utang! 
Biarinlah disini saya tau-tau jadi buronan abang-abang! 
Tapi kalau saya ga bisa bayar, 
biar abang-abang matiin saya juga..
tetep aja bank ga dapet duitnya! Ya kan?"


"Bener bang," jawab mereka.

"Nah, mangkannya saya pentingin usaha dulu,
saat saya udah bisa nyicil...
saya hubungilah bank kemarin!
Nomornya masih saya simpen koq!
Kalau saya niat nipu mah...
ngapain saya hubungi bank lagi! Ya ga?!


"Iya bang." jawab mereka lagi.

"Jadii...saya bukan kabur yah bang!
Maaf nih...tolong abang catet...saya ga kabur!
Tapi saya cari solusinya bagaimana."


Singkat cerita, berangkatlah mang Ebi ke bank bersama para debt-kolektor itu.
"Kita ke atas pak!" Kata mereka pada mang Ebi, sambil mengarahkan mang Ebi menuju tangga ke lantai dua. Saat menuju tangga, di tengah lobi bank, tiba-tiba ada seorang kakek-kakek bertongkat lewat, keadaannya payah sekali, seperti ke-cape-an, dan hampir terjatuh. Spontan mang Ebi_satu-satu nya orang saat itu yang memperhatikan si kakek yang hampir jatuh_menolong si kakek, menahannya agar tidak terjatuh, lalu memapah kakek itu dan mengantarkannya ke bangku terdekat. 

Tak lama kemudian berlarian para karyawan dan manajer bank itu...

"Ga apa-apa pak?" Tanya manajer bank pada kakek itu.
Manajer itu pun sempat melirik mang Ebi_mang Ebi dan manajer bank itu saling kenal, malah sempet akrab karena urusan kredit toko yang "sukses" dulu.

Tiba-tiba kakek itu bertanya:
"Kamu siapa nak?" Pada mang Ebi.
"Ini pak Ebi, yang kita bicarakan tadi pak" potong manajer bank pada kakek itu.
"Ohh...kamu tolong dia yah...Anak baik ini." Kata kakek itu pada manajer bank.
"Baik pak" jawab manajer itu dengan gugup.
Sempat terlihat juga oleh mang Ebi, kakek itu juga berbicara pelan sekali...seperti bisik-bisk pada manajer bank itu.

Saat pertemuan di atas, hanya tinggal mang Ebi dan manajer tadi. Para Penagih yang rencana mau ikut "membicarakan" entah hilang kemana. Pelayanan pun jadi Plus...karna ada pegawai bank yang mengantarkan minum segala...untuk mang Ebi.

Manajer bank itupun tampak sibuk mengurus surat-surat ini itu. Dia lebih terlihat seperti orang yang sedang dapat tugas mendadak daripada terlihat seperti orang yang tengah menunggu kedatangan "buronan"nya.
Belum habis kebingungan mang Ebi, manajer itu berkata:

"Pak Ebi, silahkan tanda-tangan disini, ini surat pemutihan utang pak Ebi. Tadi bapak pesan begitu."

"Lho bapak yang mana?"


"Itu yang tadi mang Ebi tolongin."


"Kakek-kakek barusan?!"


"Iya..."


"Emang kakek itu siapa?"


"Dia yang punya bank ini."


"MasyaAllaah...Alhamdulillaah, Alhamdulillaah, Alhamdulillaah."



Bersambung ke Motivasi Sukses Sepanjang Masa (2)
--------------------------------------

With Love
-Kaan Kahfi-

Silahkan jalan-jalan ke Tulisan Kaan Kahfi lainnya. Atas kunjungannya saya haturkan banyak terimakasih.