Random Posts

Thursday, February 14, 2013

Motivasi Sukses Sepanjang Masa


Semua orang dalam memulai sesuatu, baik itu usaha, bisnis, tugas dan lain sebagainya, tentu berharap apa yang sedang dilakukannya itu berjalan lancar, berhasil malah menguntungkan. Sukses!
Dalam bisnis misalnya, kita mungkin pernah atau sering mendengar peryataan-pernyataan berikut ini:
  • "Kalau mau usaha yang paling penting punya modal!"
  • "Dalam bisnis yang penting tau pasar!"
  • "....yang penting punya ilmunya!
  • "Yang terpenting itu menumbuhkan banyak pelanggan & merawatnya!
sampai "...yang penting jujur!""...yang penting sehat!""...yang penting semangat!",
pantang menyerah, disiplin, dsb...dll....

Semua pernyataan itu benar. 


"Yahh...terus gimana dong bang?!"

"Sabar yah say!...
Di tulisan kali ini...saya minta kesabaran pembaca sekalian, sedikit aja, buat ngikutin cerita-cerita dibawah ini...."
Kisah-Kisah berikut diceritakan dari kejadian sesungguhnya...Base On True Story alias benar-benar terjadi!

1. Tukang Ketupat Sayur yang jadi Jutawan.
Dahulu, di awal tahun 2000 masehi, waktu saya masih jualan (nyervis hape) di pinggir jalan, dengan satu etalase di teras sebuah minimarket, dengan penghasilan yang pas-pas-an, makanan andalan saya adalah ketupat sayur. Dari sekian banyak nominasi, Ketupat Sayur memenangkan kompetisi karena dengan ketupat sepiring, ples sayur nangka, ples sambel, ples telor sepotong, ples kerupuk, dapet air minum teh tawar pula....semua itu ditukar dengan lembaran kertas, dalam kurung uang, seharga...cuman tiga rebu rupiah

Pak Yanto, penjual ketupat sayur langganan saya, sekitar jam sembilan malam, biasa sudah mulai menyandarkan gerobaknya di depan toko alat-alat listrik yang tutup sore setiap hari. Toko itu tak jauh dari minimarket yang terasnya saya sewa per bulan itu.

Ada sekitar satu tahun saya jualan disana. Yah kebayang kan pemirsa...hari-hari beli...pasti kami jadi akrab. Setahun kemudian saya sewa kios kecil dan mulai nyicil motor. Saat itu pak Yanto bercerita pada saya ingin menyekolahkan anak bungsunya di pesantren besar di daerah Parung, dengan alasan di Pesantren itu bebas biaya (gratis). Beliau minta tolong kami untuk mengantarkannya. Yah begitulah...sempet boncengin dia juga ke sana. Kisah kenangan itu terjadi diawal-awal tahun saya pindah ke kios tersebut.

Dua tahun kemudian saya pindah ke tempat yang lebih besar, ruko yang ada lahan parkirnya. Karena saya perlu tempat parkir untuk pelanggan-pelanggan saya. Demi waktu - demi waktu, saking sibuknya, dan dapurpun sudah mulai aktif...alias sudah bisa masak sendiri. Kami terkejut, kami terhenyak (lebay), saya dan karyawan-karyawan saya tiba-tiba teringat..."Eh iya, kita dulu suka makan lontong sayur pak Yanto, kemana yah pak Yanto? Masih jualan ga yah dia?"

Singkat cerita..... 

Sepintas saya lihat sebuah mobil tipe SUV markir di depan toko, supirnya masih didalam mobil...clingak-clinguk ke arah toko. Pintu belakangnya terbuka dan turun seseorang mengarah ke toko. Selanjutnya saya tidak memperhatikan lagi karena kembali nyervis. Sambil nyervis saya dengar pembicaraan orang itu dengan karyawan saya.

"Mas, Camera digital saya ini cepet sekali habis batrenya, apa saya harus ganti batre? Atau mungkin apa ada masalah di Cameranya?"

"Sebentar yah pak, kita cek dulu." Jawab karyawan saya.

Setelah di periksa, ternyata batrenya saja yang sudah rusak. Pas saya mau ngejelasin ke orang itu...

"Lho...Pak Yanto!!!, Waduuh...keren banget sekarang pak!" 


Gimana ga keren pemirsa, Camera-nya aja Camera mahal, yang nempel dibadannya saja sudah puluhan juta...Jaketnya kulit asli, kemeja...celana...sepatu...semua branded, belum lagi mobil dengan supirnya. (Kebetulan penulis tau betul barang-barang bagus. Wekk!!!)

Dengan enteng dia menjawab: "Yah sudah terlanjur kaya mas Kaan."
"Hahaha...Terlanjur kaya" Kami semua tertawa.
Selanjutnya kami duduk-duduk mendengarkan pak Yanto menceritakan perjalanan "kaya" nya.


Tuturnya, anak gadisnya yang paling tua, yang baru lulus kuliah, saling jatuh cinta dengan pemuda Jepang. Kemudian Pemuda itu melamarnya dengan mahar Sembilan Milyar Rupiah. Karena pak Yanto takut anaknya terpisah jauh, "Seperti di-beli!" katanya, beliau menolak uang tersebut. Dan alasan itu dia utarakan juga pada pemuda Jepang tersebut. Tapi karena pemuda Jepang itu tak ingin mertuanya "susah". Akhirnya pak Yanto dibangunkan sebuah rumah mewah dua lantai, ples garasi, ples mobil, ples supirnya. Rumah mewah yang full AC, ada line telpon tetap + TV Satelit, dengan kamar mandi yang ada sauna-nya, ples perabotan rumah tangga yang mewah, ples bunga-bunga di pekarangan rumah...pokoknya standarnya orang sono dah.

Dan untuk membiayai operasional bulanan rumah mewah itu, Pak Yanto juga dibuatkan kontrakan bagus Sebelas Pintu! 11 Rumah!!! 
Bukan kontrakan tipe kandang ayam yang ga ada udara lewat karna ga ada pintu belakangnya yah, yang dapurnya pengap terus kalau gas bocor meledak! Bukan!!! 
Atau Bukan kontrakan yang jemur baju + kancut di teras! Selokan seadanya! Ga ada tempat sampah utama! Tembok retak-retak! Atap bocor! Banyak Tikus! Dan kedengeran / tembus suara tetangga ngorok atau nonton sinetron! Bukan! Bukan yang begitu!!

"Lho, kok jadi ngomel-ngomel mas!?"

"Et, iya yah! Kita kembali..."

Pokoknya kontrakan itu dibangun dengan standar kemanusiaan ala masyarakat beradab negri maju lah!

Dan dia juga bercerita, selama empat tahun kami tidak bertemu itu, dia sudah empat kali bolak-balik Jakarta-Tokyo! (Wow...Koprol)

"Saya sekarang tinggal mencoba jadi orang baik dan bersyukur aja mas," Ujarnya. (Beliau saat ini rajin mengikuti Pengajian, beliau juga donatur/penyumbang tetap di beberapa rumah yatim-piatu.)

2. Kisah penjaga toko dengan gaji Rp.5000/hari.
Salah seorang murid saya di Kelas Pelatihan Teknisi Ponsel yang saya buka, Pak Toto namanya....beliau adalah guru di salah satu SMP Internasional. Pak Toto mengangkat seorang karyawan untuk menjaga kios ponsel-nya selama dia mengajar. Seorang anak remaja yang rajin dan mau prihatin... "Yang penting saya bekerja" katanya. 
Tokonya terbilang belum ramai karena baru buka. 
Setiap uang hasil penjualan disimpan dalam kaleng bekas biskuit.
Pak Toto memberi kepercayaan penuh pada anak jujur itu. 
"Nanti, kalau mau pulang, ambil uang dari kaleng seperlu kamu yah." Begitu perintah pak Toto setiap hari pada anak itu.
Dan taukah pemirsa? Anak itu hanya mengambil Lima Ribu Rupiah! Setiiiap harinya! Luar Biasa!

Suatu hari, setelah sebulan anak tersebut bekerja, dia di-titip amanah oleh baba haji pemilik tanah kosong di seberang kios pak Toto tersebut.

"Tong, ini gua nitip tanah ama lu, kali-kali ada yang mau nawar tanah gua. Dari gua lima ratus rebu per meter, terserah lu mau nawarin berapa tong, gua redo."

"Iya Beh."


Karena rajin anak itu membuat papan iklan sederhana DIJUAL, dan ditambahkan nomor telponnya disana.

Tak sampai seminggu, tanah seluas dua ratus meter persegi itu dibeli orang yang baru kegusuran! Dan tanpa ditawar!

"Berapa semeter?"

"Enam ratus rebu pak."

"Ya udah saya beli, ada nomor rekening ga? Saya transfer yah uangnya sekarang!

Ke rekening bos nya (Pak Toto) uang tersebut ditransfer. Setelah itu dibagi-bagi...Seratus Juta buat baba haji, Dua Puluh Juta buat anak jujur itu. Tanpa ribut, tanpa ada yang iri lalu minta jatah, dan tanpa pamrih-pamrih lainnya. Semuanya tulus.

3. Kisah teman dengan hutang Rp.350.000.000,- nya!
Teman saya...Mang Ebi, dulunya adalah distributor besar aksesoris ponsel. Setelah lima tahun menghilang, kabarnya menjadi distributor utama aksesoris ponsel di daerah. 
Tiba-tiba nongol di toko saya...dan jadi rutin datang ke toko saya. Datang pagi-pagi buta, pulang setelah malam pekat....setiap hari begitu. 
Setelah hampir seminggu berlalu dia baru bercerita bahwa dirinya sedang buron! Usahanya di daerah diambil orang lain...singkatnya: Rekan bisnisnya yang biasa berdua dengannya menjadi "motor" usaha, tiba-tiba mengajak orang lain masuk. Memang orang baru itu terbilang banyak uang, tapi alasan utama rekannya ternyata bukanlah itu...tetapi...karena mereka saling suka...saling jatuh cinta....sesama jenis...alias homo. Mang Ebi akhirnya keluar. Bukan karena jijik, tapi karena sudah mulai terusik cara dan gaya-nya menjalankan laju perdagangan yang sedang kencang-kencangnya itu, oleh kehadiran "pacar" rekannya itu.
Singkat cerita...usaha itu setelah ditinggalkan mang Ebi, karena asik urusan "suka"...akhirnya bangkrut hanya dalam waktu sekian bulan! Tapi yang anehnya...mereka membebani kerugian sebesar Tiga Ratus Lima Puluh Juta Rupiah pada mang Ebi. Mulai dari tagihan-tagihan pembayaran barang, sampai hutang ke bank sekitar Dua Ratusan Juta Rupiah.
Dan lebih aneh lagi mang Ebi memilih "kabur" ke tempat saya. 

Setelah berjalan beberapa minggu...

yah begitulah...dia menjadi - seperti - seolah-olah karyawan di toko saya. 
Kadang dia melayani pembeli sebisa nya dia. Yang menurut saya...luar biasa cara dia melayani dan "merayu" pelanggan. Dia bisa membuat semua pelanggan pulang tersenyum...karena motonya...mau bagaimanapun kondisi datangnya pembeli atau pelanggan, pokoknya keluar dari toko ini harus tersenyum! 
Hebat!

Setelah sebulan, pas pada saat kelas pelatihan teknisi ponsel gelombang selanjutnya berjalan, dia bilang pada saya: 

"Kaan, boleh ga saya ikut belajar."

"Serius mang Ebi, mang Ebi tangannya tangan distributor lho, bukan tangan tukang, apa ga salah mau turun pangkat jadi tukang servis?"

"Serius Kaan, mudah-mudahan ini jalan saya!"


Setelah beberapa bulan kursus, dia menjadi murid terpintar saya dari yang pernah ada. Semua materi diserap habis. Tak banyak tanya, di kelas dia hanya sering berkata: "Oooh" dan "Oooh" Seolah terjawab apa yang menjadi pertanyaannya selama ini. 

Tak heran memang, karena selama ini posisinya hanya memerintah, melihat atau me-manage teknisi-teknisi ponsel yang bekerja di tempatnya. Jadi apa yang dilihatnya di kelas bukanlah hal asing, ditambah lagi dengan teori & latihan...jadilah..."Oooh." Tapi yang mengherankan...setiap latihan, selalu yang dia tanyakan saya: 

"...yang paling sulit itu apa Kaan?" 

Di setiap materi latihan! 
Dan itu langsung dia latih dengan keras, ngotot & penasaran!


Setelah mantap merasa bisa, akhirnya dia pamit untuk bekerja di kampung istrinya sebagai teknisi ponsel. Pertimbangannya...dikampung istrinya itu belum banyak saingan. Setelah bekerja beberapa bulan, karena pembagian hasil tidak adil, akhirnya dia keluar.

Tak menyerah!

Dengan modal nekat, pinjam kiri-kanan, dia buka kios Servis Ponsel seadanya. 
Kios selebar dua meter kali satu setengah meter berdiri dengan dinding & pintu papan kayu model warteg.....di perempatan jalan yang sepi tak ada bangunan apapun...juga dengan biaya sewa tanah yang murah sekali. 

Saat saya diundang ke kios barunya itu, saya tanya: 

"Mang Ebi, apa alasannya buka di tengah hutan begini?"

"Saya denger katanya di seberang nanti mau di bangun minimarket besar Kaan, lagi pula dimana-mana perapatan setau saya mah rame aja." Jawabnya yakin.


Enam bulan kemudian saya datang lagi, benar saja...sudah ada minimarket besar di perempatan itu, sudah ada beberapa warung makanan dan pangkalan ojek. Dan kios-nya mang Ebi sudah berubah dari kayu menjadi tembok dengan roling door nya. 

Setahun kemudian saya datang lagi, kali ini kiosnya sudah berubah menjadi toko, empat kali lebih besar dari awalnya. Dan yang lebih hebat...sudah punya sendiri! Tanahnya sudah dia bayarin!
Dan masih ada yang lebih hebat lagi...karena dia pertama buka disitu, dia jadi akrab dengan orang-orang disitu, mulai dari warga sampai pejabat-pejabat sekelas lurah, camat, polisi, tentara, dll, dsb...dia mulai bangkit Percaya Dirinya. Lalu dipanggilnya orang-orang yang mencarinya, penagih "hutang", yang sudah bertambah menjadi belasan orang. Di cicil satu per satu sampai akhirnya lunas semua? Belum!  Belum lunas semua! Masih ada satu yang besar, yaitu pada bank sekitar dua ratusan juta. 
Tapi akhirnya selesai dengan cara yang aneh!

Ada benang merah dari ketiga kisah diatas. Yaitu....Bekerja! 
yah..Kerjakan Saja!

Pertanyaannya, apa yang me-motifasi mereka untuk bekerja!
  • Kesulitan Hidup kah?
  • Mengisi waktu kah?
  • atau Hutang kah?
Bisa jadi seperti itu, tapi ada ruh dari keadaan-keadaan itu. Ruh yang me-motivasi mereka untuk terus bekerja, untuk bangkit, untuk yakin mereka bisa berhasil! Ruh itu yakni Harga Diri! Menghargai Diri Sendiri yang sesungguhnya! 
Sampai mereka tidak mau menyerah! 
Tidak memilih untuk bermalas-malasan!
Bahkan tidak mau mengemis me-lara-duka!

Karena tidak mungkin orang yang gampang menyerah (baca lemah), mau bangkit saat badai menerpa dirinya yang tengah sekarat!

Karena tidak mungkin orang yang malas, yang pasti santai dan boros, bisa bertahan dalam keprihatin nan perih!

Karena tidak mungkin orang yang bermental pengemis, yang tak mau bersusah-susah...dapat menghargai hal-hal kecil semisal uang receh, apalagi janji yang memang tak terlihat!

Harga Diri yang Sejati hanya dimiliki oleh orang-orang yang memang di didik oleh orang-tua nya tentang Harga Diri! Tak bisa dimiliki dengan serta merta! Dengan spontan? Tidak Bisa!
Lalu lihat-lah santun-laku, cara bicara, cara berpakaian, cara pikir, cara tindak anak-anak kita?
  • Apakah kita hanya mengajarkan...memberikan apa yang mereka minta! (Memanjakan!)
  • Sadarkan kita telah mengajarkan anak kita bicara teriak-teriak! Makan minum sambil berdiri! Melengos bak sapi di depan orang tua dan guru! (Pembinatangan!)
  • Sadarkah kita telah mendidik anak kita untuk tak bertanggung-jawab...dengan hanya memberi pujian, apresiasi atau aplause pada jabatan tinggi, mempunyai sesuatu yang mahal  atau mendapatkan uang yang banyak tanpa menghiraukan prosesnya! Seolah-olah hasil-lah yang utama! Proses tidak penting! (Budaya Instan!)
  • Atau kita ikut andil membuat generasi monster dengan memberikan makan anak-anak kita dari uang hasil catut, merubah nota (mark-up), kadalin orang, menipu, sampai mencuri! (Alienisasi)
Tengoklah!....Anak di pelihara oleh pembantu! Ibunya kemana! Bekerja! Tak ada Pengorbanankah untuk membesarkan anaknya! Menimang anaknya  pun..yang jelas-jelas timangan itu mencerdaskan & menguatkan empati si anak...diserahkan pada Pembantu yang mengharapkan gaji!
Ga nyambung boss!!

Masa lantaran alasan takut melahirkan, apalagi takut masalah "kerapatan", lalu anak direncanakan lahir Cesar? Taukah dia bahwa tak usahlah prosesnya bahkan pilihannya untuk melahirkan dengan cara bedah cesar itu akan menjadikan anaknya rentan terhadap penyakit!

Lalu susu-nya, masa super imun yang bernama ATI (Air Tetek Ibu) karena alasan tak jelas diganti susu kaleng!

Lalu bagaimana ketidakperdulian kita itu bisa menghasilkan penerus yang berharga-diri?
Jangan Mimpi!

Lalu siapa penggerak Ruh Harga diri tersebut!

Tak lain tak bukan jawabannya adalah ALLAAH!

Kita teruskan ketiga cerita diatas...
Saya sempatkan bersilaturahmi ke rumah pak Yanto yang baru itu. Setelah lama ngobrol ini itu saya tanyakan padanya.

"Menurut bapak, kalau di inget-inget, kira-kira amalan apa yang pernah bapak lakukan, yang membuat bapak seperti ini?"

"Kalau saya inget-inget, waktu saya jualan dulu, saya sering sekali shalat dua rakaat sebelum subuh mas. Itupun kepaksa, karena saya ga bisa tidur dirumah...karena rumah kontrakan waktu itu super kecil...buat saya, istri dan anak-anak aja udah ga muat mas, belom kalo dateng keluarga dari kampung nginep...akhirnya saya tidur di Musholla. 
Ga enak numpang tidur tiap hari...yah saya sebelum subuh udah bangun, terus shalat sunnah dua rakaat. Terus saya sempet denger ceramah di Musholla itu “Shalat Sunnah dua rakaat sebelum subuh lebih baik daripada dunia dan seluruh isinya!" Sejak itu saya ga pernah ninggalin shalat itu....itu kalau seinget-inget saya mas....tapii yaah..semuanya dari Allaah mas."

Tentang anak jujur itu, pak Toto pernah cerita pada saya...

"Emang pantes banget tuh anak dapet rejeki nomplok mas Kaan, soalnya orangnya sayang banget sama keluarganya, sama tetanga-tetangganya_apalagi sama ibunya_sayang bangeeet. Segitu aja kemaren dia ga lupa tuh nraktir tetangga-tetangganya, malah sampe nyumbang ke Musholla di situ juga. Anaknya tuh ringan tangan banget...seneng bantuin orang, kaga pernah ngeluh. Apalagi kata minta..kaga pernah dia mah! Emang orang tuanya waktu ngebesarinnya juga ngutamain agama banget sih mas, makanya akhlak tuh anak cakep banget!"

Lalu kisah mang Ebi, tentang bagaimana hutangnya di Bank bisa selesai dengan cara aneh?!

Mang Ebi pernah bilang pada saya, "Saya malu banget sama Allaah, Dia selalu bantu saya, tapi saya masih begini aja!"

Sambil menjalankan usaha barunya, mang Ebi tak pernah meninggalkan shalat, malah mang Ebi mulai membaca buku-buku Islam. Suatu hari dia membaca buku tentang sedekah, dia sangat tertarik setelah tau bahwa Allaah membalas sedekah seorang hamba itu 10 X sampai 700 X lipat. Lalu dia penasaran, dan dia praktekkan!

Jadilah mang Ebi mulai rajin sedekah.

Suatu saat mang Ebi dijemput orang-orang bank. Dia diminta untuk datang ke bank dan membuat surat pernyataan. Mereka pun kini tak berani memandang sebelah mata pada mang Ebi, dia dijemput seperti aparat menjemput koruptor, manusiawi dan penuh santun. Tak seperti menangkap copet atau maling ayam yang kasar dan jauh dari prikemanusiaan.

Mang Ebi memang seperti "menantang" pihak bank. Awalnya dia telpon pihak bank yang mencari-carinya itu, pertama sempat kasar juga bicaranya pihak bank, tapi mang Ebi tak terpancing, dia malah mengundang mereka untuk datang ke tokonya yang baru itu.

Saat pihak bank datang...model-model jagoan geto...sekitar enam orang, kebetulan di toko mang Ebi ada Pak Kapolsek, Pak Camat dan Kepala Koramil sedang membahas acara bakti sosial bersama mang Ebi.

"Otomastis jadi pada sopan semua tuh tampang-tampang sangar.
Padahal "kepala-kepala" itu tidak sedang berpakaian seragam lho!
Tajem juga yah penciuman mereka!
Tapi...kenapa sama orang kecil ga bisa otomatis sopan yah?
Iya..yah...
Jadi bingung." (Merenung Mode On)

Dengan santai mang Ebi berkata pada mereka:

"Abang-abang liat....ini toko saya, saya mulai dari nol,
biar abang-abang tau kalo saya bener-bener pengusaha! 
Bukan Penipu! 
Coba cek di bank...
pernah ga saya telat pembayaran bulanan pinjaman toko dulu? 
Abang-abang periksa dah! 
Terus kenapa saya keluar dari toko...
ujuk-ujuk saya yang nanggung semua utang toko itu! 
Nih yah bang!! Sekedar abang-abang tau jiwa saya nih...
Saya mah takut banget mati bawa utang! 
Biarinlah disini saya tau-tau jadi buronan abang-abang! 
Tapi kalau saya ga bisa bayar, 
biar abang-abang matiin saya juga..
tetep aja bank ga dapet duitnya! Ya kan?"


"Bener bang," jawab mereka.

"Nah, mangkannya saya pentingin usaha dulu,
saat saya udah bisa nyicil...
saya hubungilah bank kemarin!
Nomornya masih saya simpen koq!
Kalau saya niat nipu mah...
ngapain saya hubungi bank lagi! Ya ga?!


"Iya bang." jawab mereka lagi.

"Jadii...saya bukan kabur yah bang!
Maaf nih...tolong abang catet...saya ga kabur!
Tapi saya cari solusinya bagaimana."


Singkat cerita, berangkatlah mang Ebi ke bank bersama para debt-kolektor itu.
"Kita ke atas pak!" Kata mereka pada mang Ebi, sambil mengarahkan mang Ebi menuju tangga ke lantai dua. Saat menuju tangga, di tengah lobi bank, tiba-tiba ada seorang kakek-kakek bertongkat lewat, keadaannya payah sekali, seperti ke-cape-an, dan hampir terjatuh. Spontan mang Ebi_satu-satu nya orang saat itu yang memperhatikan si kakek yang hampir jatuh_menolong si kakek, menahannya agar tidak terjatuh, lalu memapah kakek itu dan mengantarkannya ke bangku terdekat. 

Tak lama kemudian berlarian para karyawan dan manajer bank itu...

"Ga apa-apa pak?" Tanya manajer bank pada kakek itu.
Manajer itu pun sempat melirik mang Ebi_mang Ebi dan manajer bank itu saling kenal, malah sempet akrab karena urusan kredit toko yang "sukses" dulu.

Tiba-tiba kakek itu bertanya:
"Kamu siapa nak?" Pada mang Ebi.
"Ini pak Ebi, yang kita bicarakan tadi pak" potong manajer bank pada kakek itu.
"Ohh...kamu tolong dia yah...Anak baik ini." Kata kakek itu pada manajer bank.
"Baik pak" jawab manajer itu dengan gugup.
Sempat terlihat juga oleh mang Ebi, kakek itu juga berbicara pelan sekali...seperti bisik-bisk pada manajer bank itu.

Saat pertemuan di atas, hanya tinggal mang Ebi dan manajer tadi. Para Penagih yang rencana mau ikut "membicarakan" entah hilang kemana. Pelayanan pun jadi Plus...karna ada pegawai bank yang mengantarkan minum segala...untuk mang Ebi.

Manajer bank itupun tampak sibuk mengurus surat-surat ini itu. Dia lebih terlihat seperti orang yang sedang dapat tugas mendadak daripada terlihat seperti orang yang tengah menunggu kedatangan "buronan"nya.
Belum habis kebingungan mang Ebi, manajer itu berkata:

"Pak Ebi, silahkan tanda-tangan disini, ini surat pemutihan utang pak Ebi. Tadi bapak pesan begitu."

"Lho bapak yang mana?"


"Itu yang tadi mang Ebi tolongin."


"Kakek-kakek barusan?!"


"Iya..."


"Emang kakek itu siapa?"


"Dia yang punya bank ini."


"MasyaAllaah...Alhamdulillaah, Alhamdulillaah, Alhamdulillaah."



Bersambung ke Motivasi Sukses Sepanjang Masa (2)
--------------------------------------

With Love
-Kaan Kahfi-

Silahkan jalan-jalan ke Tulisan Kaan Kahfi lainnya. Atas kunjungannya saya haturkan banyak terimakasih.