Tidaaaaak!!!
Teriak Priyo tiba-tiba
sambil terhentak duduk bangun dari tidurnya. Nafasnya terengah-engah.
Keringatnya banyak, berbulir-bulir menempel mulai dari jidat sampai dadanya
yang bidang, seperti yang menempel di botol minuman dari kulkas. Walaupun
“view” nya saat itu lebih pas untuk adegan orang habis olahraga atau usai
bersetubuh, tapi mimik mukanya yang ketakutan itu membuatnya tidak pas.
Wanito, istri Priyo
yang sebelum kejadian tengah berbaring di dadanya itupun sampai terlempar jauh
dari ranjang. Setelah dapat menguasai dirinya dari kaget…shock…dan sekilas
pertanyaan…kenapa dirinya tiba-tiba ada di lantai. Sekuat tenaga ia mencoba
melupakan perih dari daging yang baru saja tumbuh di jidatnya, walau jauh lebih
kecil dari ukuran buah-dadanya…tapi cukup menjadi bukti bahwa saat itu volume
tubuhnya bertambah sedikit.
Wanito menghampiri Priyo
yang masih belum berhasil mengatur nafasnya. Yang matanyapun masih terbuka
lebar dan menerawang jauh entah kemana.
“Mamah salah apa Pah?
Kenapa Papah lempar Mamah ke lantai begitu?”
“Maaf Mah…Papah ga
sengaja.”
“Iya Mamah maafin…”
“Makasih Mah.”..
“Sama-sama.”
“Pah! Kenapa kita gaya
ngomongnya kaya sinetron begini? Ini sungguh memalukan Pah! Apa kata keluarga
besar kita bila tau selera kita rendah begini…ngikutin sinetron!?” Udah kaya
orang kampung aja!!!”
“Jangan begitu Mah!
Orang kampung ga bisa disalahin hanya karena mereka tampak memalukan, bodoh dan
berselera rendah…ngomong gaya sinetron begitu! Mereka itu hanya korban tivi!
Meraka di cekokin! Mereka diracuni media yang dibayar dan di “stir” Paman
Sengkuni! Jadi Mamah ga boleh menghina orang kampung begitu!”
“Iya Pah, Mamah salah!
Maafin Mamah yah?”
“Iya Mah…Papah maafin.”
“Makasih Pah…”
“Sama-sama.”
“Lho…koq jadi tambah
aneh begini pembicaraan kita Pah?”
“Iya yah Mah…Papah juga
heran! Ya udah kita ulangi lagi Mah…sana Mamah ulangin lagi, dari tempat Mamah
jatoh tadi!”
“OK Pah…”
-MARI SAMA-SAMA KITA
ULANG-
Wanito, istri Priyo
yang sebelum kejadian tengah berbaring di dadanya itupun sampai terlempar jauh
dari ranjang. Setelah dapat menguasai dirinya dari kaget…shock…dan sekilas
pertanyaan…kenapa dirinya tiba-tiba ada di lantai. Sekuat tenaga ia mencoba
melupakan perih dari daging yang baru saja tumbuh di jidatnya, walau jauh lebih
kecil dari ukuran buah-dadanya…tapi cukup menjadi bukti bahwa saat itu volume
tubuhnya bertambah sedikit.
Wanito menghampiri Priyo
yang masih belum berhasil mengatur nafasnya. Yang matanyapun masih terbuka
lebar dan menerawang jauh entah kemana.
“Papah kenapa? Mimpi
buruk yah?”
“Iya Mah, buruk sekali….Menakutkan!”
Wanito membelai rambut
Priyo yang basah oleh keringat itu, ditatanya dengan jemari lentik nan putih
dari tangan kanannya…sambil matanya terus menatap mata Priyo. Mereka berdua
saling menatap…seperti saling menggali isi hati pasangannya. Bisu tanpa
kata-kata…indah dan menenangkan segenap keguncangan yang baru saja terjadi.
Kesyahduan Priyo Wanito
ini…
Bila diolah Hollywood
pasti berakhir (pake hir yah) dengan persetubuhan walaupun sebelum tidur
tadi udah.
Bila diolah Bollywood
pasti berakhir dengan tarian dan
nyanyian…bernyanyi, balas-balasan, sambil muterin ranjang…terus laki-lakinya
nempelin idungnya di pipi perempuannya…perempuannya ngelirik malu-malu mau getoh…terus
lari-lari kecil minta dikejer.
Bila diolah Koreawood
pasti masing-masing langsung cari henpon nya, yang selebar talenan itu, terus
saling poto, terus di upload ke efbi.
Bila diolah SinetronMurahanGaBermutuWut
pasti mata keduanya langsung ada titik merahnya! Menyala! Terus mulutnya kebuka
ngeliatin giginya yang dirapetin sambil menggeram seperti serigala
pemburu…sambil ada suara latar yang menggema ga bagus geto…”Kau
menyakitikuhh!!!” (pake H dabel).
Tapi untungnya penulis berani
untuk tidak bekerjasama dengan perkayuaan wood wood itu!
“Mimpi buruk apa Pah?”
“Serem banget Mah…kita
kaya tinggal di luar negri gitu…kota-kotanya rapih…jalan-jalannya
rata…selokan-nya, kali-nya bersih…ga ada sampah…airnya jerniiih banget!
Orang-orangnya juga rapih rapih, bersih dan sopan sopan banget! Tapi yang
herannya disitu ada pak RT juga, ada pak RW juga, ada pak Lurah juga…udah kaya
disini!”
(Jeda)
Priyo seperti sedang
berusaha mengingat-ingat kembali alur cerita
mimpinya…biji matanya berputar-putar seperti biji mata orang gila. Dan
dipertegas dengan…sebentar alisnya yang kusut…sebentar garis-garis di jidatnya
yang kusut!
“Terus Pah?....”
“Terus….anehnya…Papah
seperti di langit, ngeliat semua nya itu dari atas…tapi keliatan jelas banget
semuanya…ga jadi kecil! Pak RT itu keliling lingkungan kekuasaannya, ngeliat,
merhatiin, ngontrol…apa yang kurang, ada masalah apa, apa yang perlu diperbaiki…ya
jalanan, selokan, lampu jalan, sampah, sampai ke warga-nya…orang-orang…semua
orang di daerah kekuasaannya…yang menjadi tanggung-jawabnya untuk di buat
RUKUN. Dia benar-benar seperti orang tua dengan anak-anaknya disitu …
Terus pak RW nya juga
begitu…merhatiin dan ngurus RT RT dibawah kekuasaannya…gimana cara agar supaya RT
RT itu RUKUN….terus begitu semuanya sampai ke Lurah, Camat…..sampai ke
Presiden!
Papah jadi takut! Negri
apaan ini? Koq horor banget...Negri eh maksud Papah Ngeri!!!”
“Iya ya Pah…horror banget
mimpinya! Masa iya ada Negri kaya begitu! Kan normalnya Negri yah harusnya kaya
Negri kitalah…Pejabat_yang menjabat amanah…biasa-biasa ajalah…apa yang mau
diurus…semua urusan..urusan apapun itu harus ditanya dulu ada uangnya ga? Dan
dia harus KUAT ga kepengaruh tangisan, pemandangan susah, jadi bikin celaka
orang atau mati, jadi nyusahin orang, dsb dll…harus KUAT milih uang! Itu baru
bener…yak kan pah?”
“Iya Mah.”
Priyo tampak sudah
mulai tenang…sudah bisa menguasai dirinya kembali dari serangan takut.
“Hmm..untung cuma mimpi
ya Mah!......Tapi ada juga lho beberapa orang yang pengen Negri ini kaya di
mimpi Papah tadi Mah!”
“Yah biarin aja Pah! Ga
bakal kuat dia…anggap aja orang gila!”
“Iya Mah, seandainya
dia ngerti tujuan mulia orang-orang seperti kita yah! Mereka kira gampang Papah
jadi pejabat begini! Papah harus berani nyuri demi tercapainya tujuan mulia
kita…mereka malah bilang Papah korupsi!
Papah banting tulang…kerja
keras biar bisa nyaman dan hidup mewah begini! Mestinya mereka kan ngikutin
kerja kerasnya Papah! Ini malah ngomongin kemewahan hidup Papah!
Papah tegas membela
kebersamaan kita…ga mau diganggu sama paham ini paham itu! Papah malah dibilang
kafir! Ga tau deh Papah bingung liat orang-orang seperti itu!”
“Biar aja Pah, mereka
kan memperjuangkan yang ga jelas! Liat aja hidupnya pada susah! Mamah setuju
sama Papah…yang jelas ajalah…UANG! Yak kan Pah!
“Ya Mah, bener itu
Orang mau senang, mau nyaman, mau lancar urusannya, mau bahagia, mau sehat…ya
harus pake uang! Persaudaraan yang mereka gadang-gadang itu kan cuma semu! Di
hayalan aja! Tetep aja kenyataanya perlu Uang! Mereka ga tau betapa tegasnya
Uang…sampai ga bisa dipengaruhi apapun! Mau Ayah – Anak, Ibu – Anak, Suami –
Istri, Kakak – Adik, Sahabat, Teman…uang ga pernah perduli!....Terus mereka mau pake
paham persaudaraan, sama-sama susah senang, saling bantu, saling perhatian….yaaaa….mana
ada jaman sekarang! Itu kan paham-paham kuno!”
“Maklum lah Pah, mereka
kan ga nyampe kesitu pikirannya! Yang penting Papah tetep aja sama apa yang
Papah perjuangkan. Lagipula ga baik menggangu orang lain…buang waktu ganggu orang yang milih sabar, miskin, kesulitan dan susah
itu! Jangan diganggu dengan bantuan, kasih-sayang, dan lain sebagainya itu!
Biar ajalah mereka begitu!”
“Itu pasti Mah,
pokoknya tujuan Papah cuma satu…Papah dan kawan-kawan seperjuangan punya tujuan
mulya…menghapus kemiskinan dari negri ini! Gimanapun itu caranya! Pokoknya
dihapus! Mau ditangkep kek, ditindas kek, dibuat tambah susah keq…semuanya akan
kita pake…keputusan-keputusan, Siaran tivi, radio, style, trend, pelajaran
sekolah dan kampus…semuanya! Mol kita banyakin, Pasar-pasar modern kita sebar!
Gaya-gaya keren kita cekokin! Enaknya hidup mewah kita pamerin! Semuanya kita
pake biar kemiskinan itu jera! Lama-lama juga kehapus sendiri! Musnah! Saat itu
tiba…maka tibalah giliran negri menguasai dunia!”
“Wuihhh! Papah hebat
sekali! Mulya sekali perjuangan Papah! Aku bangga jadi istrimu Pah!”
Mereka berdua saling
menatap…seperti saling menggali isi hati pasangannya. Bisu tanpa
kata-kata…indah dan menenangkan segenap keguncangan yang sudah agak lama
terjadi.
Kesyahduan Priyo Wanito
ini…
Bila diolah Hollywood
pasti berakhir (pake hir yah) dengan persetubuhan walaupun sebelum tidur
tadi udah.
Bila diolah Bollywood
pasti berakhir dengan tarian dan
nyanyian…bernyanyi, balas-balasan, sambil muterin ranjang…terus laki-lakinya
nempelin idungnya di pipi perempuannya…perempuannya ngelirik malu-malu mau getoh…terus
lari-lari kecil minta dikejer.
Bila diolah Koreawood
pasti masing-masing langsung cari henpon nya, yang selebar talenan itu, terus
saling poto, terus di upload ke efbi.
Bila diolah SinetronMurahanGaBermutuWut
pasti mata keduanya langsung ada titik merahnya! Menyala! Terus mulutnya kebuka
ngeliatin giginya yang dirapetin sambil menggeram seperti serigala
pemburu…sambil ada suara latar yang menggema ga bagus geto…”Kau
menyakitikuhh!!!” (pake H dabel).
Tapi untungnya penulis berani
untuk mengulang adegan ini, meng-copy-paste tulisan sendiri. Untuk membuktikan
ini bukan mutlak milik perkayuaan wood wood itu dengan segala cerita bersambung
dan berulangnya!
“Oya Pah, ibuku makin
kritis di rumah sakit! Katanya rumah, tanah dan hartanya sudah habis buat
pengobatannya itu! Mamah minta uang Papah yah buat bantu ibuku.”
“Kuatlah Mah! Kan Mamah
sendiri yang barusan bilang…jangan ganggu kesulitan orang! Mamah harus kuat…Ibu
Mamah kan orang juga! Uang…Papah banyak! Tapi Papah sudah atur semua nya untuk
ini dan itu! Papah juga sedang kuat untuk setegas uang Mah!”
“Baiklah Pah. Maafin
Mamah kepancing suasana!”
“Ga apa-apa Mah…itu
proses!”
“Makasih yah Pah…”
“Iya Mah, Papah makasih
juga sama Mamah.”
“Maafin Mamah yah Pah…”
“Iya Mah…Papah maafin…”
“Makasih Pah.”
“Sama-sama Mah”
--------------------------------------
With Love
-Kaan Kahfi-
Silahkan jalan-jalan ke Tulisan Kaan Kahfi lainnya. Atas kunjungannya saya haturkan banyak terimakasih.
--------------------------------------
With Love
-Kaan Kahfi-
Silahkan jalan-jalan ke Tulisan Kaan Kahfi lainnya. Atas kunjungannya saya haturkan banyak terimakasih.