Saudaraku, mari kita
muliakan orang tua kita, mari kita memohon pada Allah untuk bisa memuliakan
orang tua kita dengan tulus dan benar seperti yang Allah ridha. Karena kita tak
akan mungkin bisa membalas kebaikan orang tua kita sekaya-raya apapun kita,
sehebat apapun kedudukan kita dalam kehidupan dunia ini.
Tak beriman pada Allah
pun mereka, kita tetap diperintahkan untuk mengucapkan kepada mereka perkataan
yang mulia dan merendahkan diri dengan penuh rasa sayang.
Saudaraku, sebaik
apapun amal ibadah kita, sebagus apapun kehidupan dunia kita, sebagus apapun
anak dan pasangan kita, semua itu tidak ada artinya bila kita telah menyakiti
hati orang tua kita! Walaupun itu goresan kecil, walaupun itu setitik saja,
walaupun itu sedikit saja dan kita tidak memohon ampunannya, kita tidak memohon
maafnya. Itulah ke sia-sia-an!
Apalagi bila sampai
orang tua kita melaknat kita, sampai mereka mengangkat tangan dan berdoa
memohon ke- tidak-baik-an pun bagi kita…yang pasti dikabulkan oleh Allah!
Hancurlah kita!
Bahkan sesering apapun
kita bersyukur pada Allah…tak akan diterima syukur kita itu oleh Allah sebelum
kita bersyukur pada orang tua kita.
Saudaraku, salah satu
tanda dekatnya hari kiamat adalah ibu melahirkan majikannya. Anaknya jadi majikan
ibunya… ngebos, nyuruh-nyuruh, ga mau disuruh, berani ngambek sama ibunya,
berani memperlihatkan muka masam pada ibunya, malah ada yang berani cari
gara-gara…sengaja biar bisa ribut seperti di sinetron sama ibunya! Misalnya, contoh
kasus, seorang ibu meminta pada anak perempuannya yang telah berumah tangga,
yang belum mampu beli rumah dan sementara numpang dirumahnya: “Nak tolong itu
boneka anakmu jangan berantakan dilantai begitu!” Lalu si anak tak menggubris
nya sama sekali! Akhirnya sang ibu bersabar dan merapihkan boneka bekas main
cucunya itu…lalu si anak kurang ajar ini tersinggung…dia letakkan lagi itu
dilantai, lalu sang ibu tetap bersabar dan merapihkannya lagi…terus dan terus
sampai sepuluh kali lebih! Si anak durhaka ini sengaja ingin membuat kesal
ibunya! Di hatinya tidak terima urusan sekecil boneka saja harus diatur-atur!
Ga modern! Ga Maju! Menganggu privasi! Begitu umpatnya dalam hati!
Lalu bagaimana ia bisa
menjalankan kemauan ibunya bila misalnya sang ibu ingin boneka itu di buang atau
di penggal kepalanya! Untung saja ibunya sabar. Tapi si anak? Bagus bila anak
itu memiliki kelembutan hati, lalu hidayah bisa masuk ke dalam hatinya...lalu ia
menyesal dan memohon ampunan, memohon maaf pada ibunya…insyaAllah ia akan temui
ibunya mengampuni dan memaafkannya…karena begitulah kasih ibu...tapi bila tidak?
TAPI BILA TIDAK? Bila si
anak berhati keras! Dan tak merasa bersalah sedikitpun? Maka tak akan ada
keuntungan baginya! Malah kecelakaan, kehancuran, azab menantinya di dunia ini
dan di akhirat kelak! Karena dia telah durhaka pada ibunya! Dia telah menggores
luka dihati ibunya! Telah melakukan dosa besar yang terbesar! Dosa besar yang terbesar setelah menduakan
Allah yakni durhaka pada orang tuanya!
Tak usahlah kita
membandingkannya dengan para Nabi, yang jelas-jelas diselamatkan…dijaga oleh
Allah dari melakukan dosa dan kesalahan!
Atau dengan masyarakat
jahiliah yang menyembah berhala sebelum kedatangan Rasulullah Shalallahu’alaihiwasallam…masyarakat
yang menjunjung tinggi kejujuran, membela dan menghormati saudara, masyarakat yang
cerdas dan jauh dari kerusakan filsafat, masyarakat yang begitu memuliakan
orang tuanya…yang bangga hingga tau nama bapak, kakek sampai leluhur-leluhurnya!
Hingga siap menerima Islam, satu-satunya agama yang Allah ridha, yang Allah
turunkan melalui hamba terbaikNYA Baginda Rasulullah Muhammad Shalallahu’alaihiwasallam,
hingga mereka menjadi yang terbaik dari umat terbaik ini, menjadi contoh
terbaik, menjadi suri tauladan terbaik
bagi generasi selanjutnya hingga akhir zaman...
Tak usahlah dibandingkan
dengan mereka!
Bandingkan dengan
binatang sajalah…
Pantaskah kita bersikap
perhitungan pada orang tua kita?
Pantaskah kita menunjukkan
bahwa kita lebih hebat dan lebih pintar pada mereka?
Andaikata pun kita
mampu mengaudit seluruh biaya pengeluaran mereka dalam membesarkan kita…mulai
dari saat kita dalam kandungan, dilahirkan dan dibesarkan sampai kita sebesar
ini. Dengan ahli audit terhebat di dunia saat ini misalnya, yang menguasai ilmu
audit terhebat di dunia, yang juga menguasai ilmu meneropong masa lalu, lalu
darinya kita bisa tau berapa jumlah total seluruh biaya pengeluaran orang tua
kita dalam membesarkan kita itu dan kita mampu membayarnya…tetap saja…kita
lakukan itu untuk membayar, untuk angkuh menunjukkan bisa membayar atau bodoh
menganggap membalas itu dengan uang…seolah-olah semua bisa dihargai dengan uang!
Sedangkan mereka…orang tua kita… melakukannya dengan penuh pengorbanan dan dengan
penuh harap…harapan selamatnya kita, sehatnya kita, bisa besar dan bisa bahagia
kelak! Dan ini TIDAK TERBAYAR!
Apalagi pada ketentuan
Allah? Bahwa kita dilahirkan ke dunia ini lewat mereka! Kita tak bisa rubah itu…apalagi
menggugatnya! Tak terima nya kita pada ketentuan Allah itu sedikit saja..maka
sudah menjelaskan betapa bermasalahnya ke-iman-an kita pada Allah!
"Dan Kami perintahkan
kepada manusia untuk berbuat baik kepada dua orang ibu-bapaknya,
ibunya telah
mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam
dua tahun.
Bersyukurlah kepadaKU
dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepadaKU-lah kembalimu.
Dan jika keduanya
memaksamu untuk mempersekutukan dengan AKU sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu
tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya,
dan pergaulilah
keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepadaKU,
kemudian hanya kepadaKU-lah kembalimu, maka KUberitakan kepadamu apa yang telah
kamu kerjakan."
(Al-Qur'aanul Kariim,
Surah Lukman, ayat 14-15)
"Dan Robb-mu telah
memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu
berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.
Jika salah seorang di
antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu,
maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan
"ah"
dan janganlah kamu
membentak mereka,
dan ucapkanlah kepada
mereka perkataan yang mulia dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua
dengan penuh kesayangan,
dan ucapkanlah:
"Wahai Robb-ku,
kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu
kecil"."
(Al-Qur'aanul Kariim,
Surah Al-'Israa', ayat 23-24)
Ibnu Abbas radhiyallahu
‘anhuma berkata,
“Ada tiga ayat yang
diturunkan dan dikaitkan dengan tiga hal, tidak diterima salah satunya jika
tidak dengan yang dikaitkannya:
Pertama, firman Allah
Ta’ala...Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasulullah Muhammad
Shalallahu'alaihiwasallam...maka barangsiapa taat kepada Allah namun tidak taat
kepadaRasulullah Muhammad Shalallahu'alaihiwasallam, ketaatannya tidak
diterima.
Kedua, firman Allah
Ta’ala...Dan dirikanlah shalat serta tunaikan zakat...maka barangsiapa
melakukan shalat namun tidak mengeluarkan zakat, tidaklah diterima.
Ketiga, firman Allah
Ta’ala...Agar kamu bersyukur kepada-KU dan kepada kedua orang tuamu...maka
barangsiapa bersyukur kepada Allah namun tidak bersyukur kepada kedua orang
tua, tidak diterima syukurnya.
Nabi
Shallallahu’alaihiwasallam bersabda:
"Keridhaan Allah ada di dalam keridhaan
kedua orang tua dan kemurkaan Allah ada pada kemurkaan kedua orang tua“.
(HR. Imam Tarmidzi)
“Maukah aku beritahu kalian tentang dosa besar
yang paling besar? Yakni menyekutukan Allah dan durhaka kepada kedua orang
tua.”
(HR. Bukhari Muslim)
“Tidak akan masuk surga
orang yang durhaka (kepada kedua orang tua), orang yang menyebut-nyebut
kebaikannya, dan yang kecanduan khamr.”
(HR. Bukhari Muslim)
Semua dosa ditunda
siksanya oleh Allah sekehendak-NYA hingga hari Kiamat kecuali dosa Durhaka
kepada orang tua. Sesungguhnya dosa durhaka disegerakan siksanya bagi
pelakunya.
(HR. Hakim)
“Allah melaknat kepada
orang yang durhaka kepada orang tuanya”
"Ada tiga doa yang
terkabulkan dan tidak ada keraguan padanya:
Doa orang yang
didzalimi,
Doa orang yang
bepergian,
dan doa
tidak baik orang tua terhadap anaknya.”
(HR. Imam Tarmidzi, Abu
Dawud, dan Thabrani).
Ka’abul Ahbar
Rahimahullah berkata,
“Sesungguhnya Allah
menyegerakan kehancuran bagi seorang hamba jika ia durhaka kepada orang tuanya.
Kehancuran itu merupakan siksaan baginya. Dan sesungguhnya Allah menambah umur
orang yang berbakti kepada orang tua agar bertambah pengabdian dan kebaikannya
kepada mereka.”
Ka’abul Ahbar
Rahimahullah ditanya tentang durhaka kepada orang tua, “Apakah itu?”
Ia
menjawab, “Yaitu jika ayah atau ibunya menyumpahinya, ia tidak mempedulikannya,
jika mereka menyuruhnya, ia tidak mentaatinya,
jika meminta sesuatu kepadanya, ia tidak
memberinya,
dan jika diberi amanat,
ia mengkhianatinya.”
Seseorang datang kepada
Nabi Shalallahu'alaihiwasallam dan berkata: “Wahai Rasulullah, ayahku ingin
merampas hartaku!” Rasulullah Shalallahu'alaihiwasallam bersabda, “Kamu dan
hartamu untuk bapakmu”.
Seseorang datang kepada
Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam dan bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah
yang berhak mendapatkan perlakuan baik?”
Rasulullah
Shallallahu’alaihiwasallam menjawab, “Ibumu.”
Beliau bertanya,
“Kemudian siapa?”
Rasulullah
Shallallahu’alaihiwasallam menjawab, “Ibumu.”
Ia bertanya lagi,
“Kemudian siapa lagi?”
Rasulullah
Shallallahu’alaihiwasallam menjawab, “Ibumu.”
Ia bertanya lagi,
kemudian siapa?
Beliau menjawab,
“Ayahmu. Kemudian yang paling dekat dan yang paling dekat.
Seseorang datang kepada
Abu Darda’ Radhiyallahu'anhu dan berkata, “Hai Abu Darda’, sesungguhnya aku
menikahi seorang wanita dan ibuku menyuruhku untuk menceraikannya.” Abu Darda’
berkata, aku mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam bersabda. “Orang
tua adalah pintu tengahnya surga, jika kamu mau, hilangkan saja pintu atau
jagalah”.
Dari Amr bin Murrah Al
Juhani berkata:
Seseorang datang kepada
Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam dan bertanya: “Wahai Rasulullah,
bagaimana menurutmu jika aku melaksanakan shalat lima waktu, aku berpuasa
Ramadhan, menunaikan zakat, berhaji, dan ke Baitullah…maka apa yang aku
dapatkan?” Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam menjawab, “Barangsiapa
melakukan hal itu ia bersama para Nabi, Shiddiqin, Syuhada, dan Sholihin,
kecuali jika ia durhaka kepada orang tuanya.”
(HR. Ahmad dan
Thabrani).
Ibnu Umar
Radhiallahu'anhu melihat seorang seseorang sedang memanggul ibunya dengan
lehernya sambil mengelilingi Ka’bah. Orang itu bertanya: “Hai Ibnu Umar, apakah
dengan demikian berarti aku telah membalasnya?” Ibnu Umar menjawab, “Belum
sedikit pun kamu membalasnya, namun kamu telah berbuat baik kepadanya. Dan
Allah akan membalas atas sedikit kebaikanmu dengan balasan yang banyak”
Semoga Allah
Subhanahuwata’ala jadikan kita hambanya yang bisa memuliakan orang tua kita,
sebagaimana yang Dia kehendaki, sebagaimana yang Dia ridha…Aamiin.
AllahummaShalli waSallim waBaariq‘alaa Sayyidinaa Muhammad wa’alaa
Aalihi waShohbihi wajma’iin.
--------------------------------------
With Love
-Kaan Kahfi-
Silahkan jalan-jalan ke
Tulisan Kaan Kahfi lainnya. Atas kunjungannya saya haturkan banyak terimakasih.